Title : One Fine Spring Day
Length : Two Shoots
Genre : Friendship
Casts : All Super Junior members
Author : ssdnn
Rating : General
Annyeonghaseyo, reader - deul! Saya kembali lagi dengan sebuah FF yang berjudul 'One Fine Spring Day'
Sebenernya, FF ini saya udah buat err.. cukup lama dan saya mempersembahkan FF ini kepada guru Bahasa Indonesia saya~~ *Pak, semoga Bapak bisa baca, ya U,u*
Oke, saya mau minta maaf atas cover FF ini yang sangat apa adanya. Tapi tunggu.. Saya bisa kasih alesan atas ke-sederhanaan ini^^
Kenapa? 1. Saya bukan ELF, jadi yaa, saya minta maaf kalo ada kesalahan nama apapun disini dan tolong pengertiannya.
2. Saya cari cover ini dengan terburu - buru ><
3. Saya ga gitu tau member suju U,u *berkaitan dengan nomor 1*
Dan seperti yang saya sudah kasih tau sebelumnya, kalau ada FF yang berhubungan dengan agama akan saya kasih tau.
Ini FF ada sedikit hubungannya dengan agama. Soalnya kan si Siwon juga agama Kristen, jadi ini nanti ada beberapa member yang saya kasih dialogue lagi berdoa blablabla..
TOLONG YANG SUDAH BACA, KASIH KOMENTAR. NO BASHING, PLAGIARISM AND SILENT READERS.
Ya udah, dari pada saya banyak ngoceh - ngoceh, mendingan langsung aja, yaa..
Chek this out!
***
One Fine Spring Day
Sejak 7 tahun yang lalu, Leeteuk, Sungmin, Shindong,
Kangin, Yesung, Eunhyuk, Donghae, Siwon, Kyuhyun dan Ryeowook tinggal dalam
satu apartemen yang sama. Mereka bergabung menjadi satu boyband yang terkenal di Negara Ginseng, yaitu Korea Selatan. Sesuai
dengan namanya, boyband, maka secara
otomatis mereka ber-10 berjenis kelamin laki – laki. Band mereka bernama Super Junior. Mereka dipilih sejak tahun
2005 dengan melalui berbagai pelatihan dan penyeleksian. Mereka berlatih keras,
hingga ada yang menetap di tempat pelatihan selama 3 tahun, 4 tahun, bahkan 6
tahun. Dengan merelakan waktunya dengan keluarga juga teman – temannya, mereka
berlatih tiada henti. Bahkan tak jarang juga mereka tidak tidur untuk bisa
mencapai apa yang mereka inginkan dan untuk terus berkembang menjadi bintang
yang lebih bersinar.
Banyak sekali peraturan yang harus mereka turuti,
seperti harus berlatih selama kurang lebih 6 jam, bangun pagi untuk siap – siap
berlatih, atau syuting film misalnya. Tapi hasil yang mereka dapatkan juga
cukup sepadan, seperti adanya keluarga serta teman – teman baru, pengalaman
baru, dan yang mungkin paling berarti adalah dukungan dari orang – orang yang
bahkan tak mereka kenali. Dukungan itu yang membuat mereka harus tersenyum
hampir dalam segala kegiatan mereka. Tapi, tak jarang juga orang – orang yang
melihat kepedihan, kerinduan, dan berbagai rasa yang tersirat dari senyum
mereka. Ada kepedihan, karena mereka harus bekerja disaat umur mereka yang
masih muda. Ada kerinduan, karena mereka sangat sibuk, sehingga hampir tidak
mungkin bagi mereka untuk bertemu dengan keluarga mereka. Ya, meskipun hanya
sekedar bertemu.
Akhir – akhir ini, Super Junior sedang sibuk
dengan kegiatannya untuk pengeluaran serta untuk mempromosikan album baru
mereka, yang berjudul Sexy Free &
Single. Di tengah kesibukan mereka saat ini, mereka jarang memperhatikan
kesehatan mereka, hingga pada suatu hari, Leeteuk, selaku Leader di Super
Junior, menyadari perubahan seorang dongsaengnya, yaitu Ryeowook. Karena
penasaran, akhirnya Leeteuk pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Ryeowook,
“Wookie-ah, kamu kenapa? Kok akhir – akhir ini aku perhatikan muka kamu pucat?
Kamu ada masalah?”
Pertanyaan itu membuat Ryeowook yang sedang
meringkuk di dalam selimut itu akhirnya berpindah posisi, menjadi duduk sembari
memegangi bantal. “Tidak apa – apa, kok
hyung. Akhir – akhir ini aku cuma
letih saja.” jawab Ryeowook dengan nada yang dapat dibilang sangat lesu.
“Benarkah? Kamu tidak sakit?” tanya Leeteuk sembari
meletakkan tangannya di atas dahi Ryewook.
“Astaga! Ryeowook, kamu demam!!” pekik Leeteuk begitu
dia menyadari suhu tubuh Ryeowook sudah melebihi batas suhu normal.
“Engga kok,
aku baik – baik saja.” Kata Ryeowook mencoba untuk menenangkan Leeteuk.
“Aish!
Kamu ini! Ya sudah, kamu tunggu disini, aku ingin ambil obat di dapur” jawab Leeteuk
sembari meninggalkan kamar Nathan dan beralih menuju dapur untuk mencari obat
demam.
“Hyung, kamu ngapain di dapur?” tanya Donghae dengan sorot
mata ingin tahu. “Ryeowook sakit, Donghae. Hyung ingin mengobati dia. Kamu tahu
engga, dimana obat demam?” tanya
Leeteuk yang sedang kerepotan karena tidak mengerti tentang obat – obatan.
“Ini. Yang ini, Hyung.” jawab Donghae singkat sambil menunjukan sebuah bungkus
obat yang berisi pil – pil khusus untuk demam. “Makasih Donghae.” balas Leeteuk
sambil tersenyum dan segera berlari menuju kamar Ryeowook.
“Ryeowook, ini obatnya. Di minum ya!” kata Leeteuk
sambil berlalu meninggalkan Ryeowook untuk mencari air putih. “Tidur saja
dahulu, kalau sudah tidur, biasanya pusing akan hilang.” tambah Leeteuk sambil
memberi segelas air putih. “ Iya, makasih ya Hyung,” kata Ryeowook lalu segera
berbaring untuk tidur.
Seminggu sudah berlalu sejak Ryeowook sakit demam,
penyakitnya sudang berangsur – angsur membaik. Tetapi, semua anggota Super Junior tetap memberinya perhatian
khusus karena takut Ryeowook jatuh sakit lagi. Hari ini, tepatnya awal
Februari, member Super Junior telah berangkat pagi – pagi untuk menjalani
syuting, maupun acara – acara khusus mereka.
Sungmin, salah satu anggota Super Junior
ditugaskan bersama Kyuhyun untuk pergi ke Jepang. Mereka akan menjalani syuting
film perdana mereka di Jepang. Anggota lainnya hanya terdiam pasrah, namun
akhirnya Shindong berkata “Jika hanya berdua saja, apa kalian bisa? Maksudku,
bagaimana jika nanti kalian sakit? Apa kalian bisa berbicara bahasa Jepang?
Bagaimana cara kalian berobat nantinya?” cecar Shindong dengan nada yang sudah
terdengar jelas khawatir.
“Tenang saja. Kami kesana hanya 3 hari, kok, Hyung! Kalau sakit pun, kalian juga
dapat menyusul untuk mengobati kami di Jepang! Lagi pula, kurasa biaya
pengeluaran kita tidak melebihi harga tiket pesawat terbang menuju Jepang,”
jawab Sungmin disertai dengan nada candaan yang membuat member Super Junior mau
tidak mau ikut tertawa.
Dan tibalah pada tanggal 11 Februari. Hari dimana Sungmin
dan Kyuhyun harus pergi ke Jepang bersama. Kemarin, manager hyung Super Junior telah mengumumkan bahwa anggota yang
lainnya akan menetap di Korea, tetapi diberi kebebasan jadwal selama 3 hari,
tepatnya hingga Sungmin dan Kyuhyun pulang kembali ke Korea.
“Jadi, Sungmin dan Kyuhyun tidak bisa menjenguk
kedua orang tua mereka?” tanya Siwon pada manager
hyung mereka. “Karena jadwal mereka yang cukup padat, jadi, ya..
begitulah,” jawab manager hyung
mereka sambil membereskan file – file
yang menumpuk di meja apartemen Super
Junior. “Sayang sekali! Aku bertaruh, mereka pasti akan ngambek karena tidak dapat jadwal
bebas,” komentar Leeteuk sambil membantu manager
hyungnya yang sedang siap – siap untuk
pergi lagi. “Itu kan jadwal mereka, jadi,
mau tidak mau harus dilaksanakan. Oke, aku pamit dulu. Sampai jumpa!” jelas manager hyung mereka secara singkat dan
pergi berlalu.
Setelah pemberitahuan itu, seluruh anggota Super Junior memutuskan untuk pulang ke
kampung halaman mereka masing – masing. Mereka menginap selama 3 hari, untuk
melepas penat serta kerinduan tentunya. Semua anggota langsung berangkat menggunakan
mobil, kecuali Donghae. Dia pergi berjalan kaki mendaki bukit, menyebrangi
sungai yang dangkal agar dapat sampai ke sebuah tempat yang sangat sepi di
daerah sekitar itu, yaitu pemakaman. Ya, appanya Donghae telah meninggal sejak
5 tahun yang lalu. Sejak dulu, setiap ada waktu luang, Donghae selalu
berkunjung ke pemakaman ini. Tetapi, karena jadwal dirinya juga anggota Super
Junior yang lain yang bisa dibilang tergolong sangat padat, ia jarang
berkunjung ke pemakaman, meskipun hanya sekedar berlutut dan mengucapkan salam.
“Appa, bogoshipeo ,” kata Donghae yang sudah mulai
terisak. “Appa rindu tidak sama Donghae? Appa, Appa tahu tidak, sekitar
seminggu yang lalu, Ryeowook demam. Sungguh kasihan dia, Appa. Jadwal dia
memang cukup padat. Ditambah lagi dengan dia yang harus sering – sering
berlatih bernyanyi dengan sub-group dia. Oh iya, Appa.. Donghae belum cerita,
ya? Sejak 7 tahun yang lalu, Kyuhyun, Ryeowook dan Yesung membentuk sub-group dari Super Junior. Itu karena mereka telah berlatih dan berusaha keras.
Jadinya, suara mereka sangat merdu. Tapi anak Appa ini juga tidak kalah
berbakatnya, kok!” jelas Donghae
panjang lebar sembari mencabuti rumput – rumput liar di sekitar pemakaman appanya.
“Appa tahu, tidak? Sungmin dan Kyuhun dikirim ke
Jepang loh! Kata manager hyung kami, mereka akan melaksanakan syuting film perdana
mereka selama 3 hari disana. Karena itu juga, kami diberi waktu bebas selama 3
hari. Dan Appa tahu? Tempat yang terpikir di otakku pertama kali adalah pemakaman
ini. Mungkin Tuhan ingin mengingatkan aku agar tidak lupa sama appa. Dan
beruntungnya, apartemenku dan pemakaman ini letaknya tidak begitu jauh, jadi
aku kesini dengan berjalan kaki,” terang Donghae.Ia menarik napas panjang,
sebelum melanjutkan kata – katanya.
“Appa, apakah disana juga ada TV yang menayangkan
konser atau acara atau mungkin film tentang kami? Appa melihatku? Apakah aku
sudah tampil dengan baik?” tanya Donghae dengan polos sambil menatap nanar
kepada Batu Nisan yang ada di depannya itu.
“Oh iya! Aku sampai lupa kalau aku membawa bunga
kesukaan appa,” Kata Donghae dengan bersemangat dan segera meletakkan bunga
Lily Putih di sekitar pemakaman appanya itu. Setelah puas mengunjungi
pemakaman, Donghae berkata “Appa, sekarang di Seoul sudah hampir jam 7 malam.
Aku harus menemui Umma. appa disini baik – baik, ya. Aku akan mengunjungi makam
appa lagi. Saranghae,” dan berlalu pergi
dengan meninggalkan beberapa tetes air mata.
Anggota Super Junior yang lainnya menginap di
kediaman mereka masing – masing. Mereka menikmati hari pertama mereka dengan
keluarga mereka. Sementara itu, di Jepang, Sungmin dan Kyuhyun masih berjalan –
jalan mengelilingi Tokyo, ibu kota Jepang yang katanya sangat indah itu. Mereka
berdua berjalan dalam diam, keduanya larut dalam pikiran mereka masing –
masing, hingga akhirnya Kyuhyun memulai pembicaraan, “Hyung, kabarnya, anggota
yang lain sudah bertemu dengan keluarga mereka. Kau tahu?” “Ya, aku tahu. Manager hyung memberitahuku,” jawab
Sungmin padat, singkat dan jelas.
“Kyu, ayo kita kembari ke hotel. Disini terlalu
dingin, tidak baik untuk kesehatanmu,” ajak Sungmin pada Kyuhyun yang masih
tetap tidak bergeming. “Ya,” jawab Kyuhyun pada akhirnya dan berjalan
beriringan dengan Sungmin menuju hotel tempat mereka tinggal selama di Jepang.
Pagi harinya, di Seoul, di rumah Eunhyuk lebih
tepatnya. Eunhyuk terbangun jam 5 pagi. Ia keluar dari kamarnya dan pergi untuk
lari pagi. Seketika itu juga, ia menemukan Donghae di tengah jalan. Kebetulan,
ia tinggal sekomplek dengan Donghae, Leeteuk, Kangin dan Shindong. “Hei! Kau sendiri? Dimana Leeteuk, Kangin
dan Shindong?” tanya Eunhyuk karena hanya melihat Donghae berlari sendiri.
“Leeteuk? Ia sedang pergi keluar Seoul bersama
keluarganya. Menurutku mereka pergi ke Pulau Jeju dan akan kembali tanggal 14.
Kalau Kangin , dia sedang mengikuti ayahnya dalam pelatihan jabatan direktur di
perusahaannya. Tak usah ditanya pun, aku sudah tahu bahwa ayahnya itu sangat tegas
dan tidak mengijinkan Kangin untuk bermain – main. Shindong? Dia sudah pasti
belum bangun, Eunhyuk. Tak tahu kah kau? Selama 7 tahun aku sekamar dengannya,
setelah kuamati dialah yang paling terakhir bangun. Kadang aku suka bingung
disaat ia sedang tidur, jika ia tidur, ia seperti pingsan. Tak sadarkan diri
sepenuhnya,” jawab Donghae secara jelas dan polos, sehingga membuat Eunhyuk
tertawa terbahak – bahak, “Hahaha.. Kamu ini! Benar, ia seperti orang pingsan!
Haha.. Eh? Iya. Terkadang aku juga
suka bingung, mengapa Kangin begitu menurut pada ayahnya. Dia anak yang sangat
berbakti,” balas Eunhyuk dengan menyunggingkan sebuah senyuman di bibirnya.
“Tidak, menurutku Siwon adalah anak yang paling
berbakti. Dia sangat patuh pada orang tuanya. Terutama ayahnya,” terang Donghae
dengan tatapan seakan menerawang masa lalu.
Pada malam hari, di rumah Yesung, Ia, Siwon dan
Ryeowook berdiam diri di kamarnya. Mereka saling bertukar pandang seakan sedang
melakukan telepati melalui tatapan mereka masing – masing. Mereka duduk
membentuk posisi segitiga sama sisi dan seolah – olah bercerita melalui pikiran
mereka masing – masing. Anggota Super Junior yang lainnya pun sering mencurigai
kalau mereka memang benar dapat berkomunikasi melalui pikiran. Semua pemikiran
mereka berpencar, ketika terdengar ketukan pintu dari kamar Yesung.
‘Tok tok tok’
Yesung segera keluar dari kamar
dan menghampiri seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. “Ada apa, umma?” tanya
Yesung setelah ia melihat siapa yang ada di depan kamarnya. “Engga, Mama Cuma mau bilang, Mama dan Papa akan pergi untuk
urusan kerja. umma dan appa akan pergi ke Jepang untuk menangani pasien,
sayang. Kamu di rumah sama teman – teman kamu. Engga apa – apa, kan?” jelas
Ummanya Yesung seakan memastikan bahwa jawaban anaknya sesuai dengan
harapannya. “Berapa lama?” tanya Yesung dengan nada yang lesu dan tatapan mata
yang sendu, seakan tak begitu rela ketika mengetahui kedua orang tuanya lebih
mementingkan pekerjaan mereka, yaitu dokter, daripada anaknya sendiri.
Umma Jerome
telah melihat mata serta kuping anaknya yang sudah mulai memerah. Kebiasannya
ketika sedang sedih dan emosi. Umma langsung memeluk Yesung dan berkata,
“Sampai lusa, sayang. Jangan sedih seperti itu, dong. Kalau fans kamu tahu kalau kamu menangis karena hal sepele
seperti ini, nanti mereka berhenti loh jadi fans kamu lagi,” jawab Umma sambil
mencoba untuk bercanda. Namun nampaknya tidak berhasil, karena Yesung tak
berpengaruh sedikit pun.
Yesung semakin mempererat pelukannya kepada Ummanya,
seakan melupakan temannya yang mungkin telah bosan menunggu Yesung di dalam
kamar. “Manager hyung memberikan aku
jatah libur 3 hari. Aku sangat senang dan umma tahu apa yang aku bayangkan? Aku
membayangkan bahwa kita akan berlibur. Tidak, tidak perlu berlibur juga tidak
apa – apa. Asal setidaknya umma dan appa bisa di rumah selama 1 hari penuh saja,
aku akan sangat senang. Umma tahu? Untuk mendapatkan jatah libur 3 hari saja aku telah menunggunya
selama 1 tahun kurang lebih. Dan sekarang Umma mengacaukan kesempatan itu!”
protes Yesung panjang lebar. Terdengar jelas nada kecewa dalam suaranya. Tapi
apa dayanya? Ia hanya sebagai anak kecil yang diperalat oleh kedua orang
tuanya.
“Baiklah, aku mengalah. Umma boleh pergi. Umma,
hati – hati, ya. Jaga appa juga!” kata Yesung dengan penuh penekanan pada kata
– kata terakhirnya itu, dan berlalu kembali memasuki kamar.
“Mianhae karena kami mendengarkan pembicaraanmu,
Yesung,” aku Siwon dengan polosnya. “Itu pun juga karena volumemu dan ummamu
yang tidak bisa dibilang kecil.” tambahnya lagi.
Ryeowook berdiri dan berjalan menghampiri Jerome,
sorot matanya seakan mengatakan ‘Gwaenchanayo?
(Tidak apa apa? )’ dengan cepat Yesung mengangguk dan memasang senyum palsu
di wajahnya. “Ne, nan gwaenchana (Ya, aku baik – baik saja ),” jawab Yesung
dengan singkat. “Hei! Aku bukan
mengenalmu baru selama 1 minggu, hyung! Aku mengenalmu selama 7 tahun kurang
lebih dan kurasa itu bukanlah waktu yang singkat untukku agar aku bisa
mengetahui sifat – sifat hyung.” kata Ryeowook sambil memeluk Yesung. Siwon pun
tak mau kalah, ia menumpuk pada Ryeowook dan memeluk keduanya. Mereka bertiga
pun terhanyut dalam suasana masing - masing dan seakan – akan melupakan apa
yang tadi dibicarakan di depan pintu kamar Yesung.
Pagi hari sekitar jam 7 pagi di Jepang, Sungmin
dan Kyuhyun sedang sarapan bersama – sama dengan manager hyung mereka. Vincent membuka pembicaraan di tengah suasana
yang sepi itu, “Aku dan Kyuhyun akan mengelilingi kota. Kami ingin berjalan
kaki, bisakah jadwal kami dikosongkan pada pagi hingga siang nanti? Hanya 6
jam, paling lama. Bisakah?” tanya Sungmin penuh harap. “Dan kurasa akan sangat
sayang jika kami pergi ke Jepang, tetapi tidak merasakan hanya sekedar berjalan
– jalan,” tambah Kyuhyun dengan tampang polosnya, yang membuat manager mereka
mau tidak mau menganggu setuju.
Ditengah kerumunan banyaknya pejalan kaki, Sungmin
dan Kyuhyun sedang berjalan sambil berbincang – bincang ringan. Jalanan Tokyo
sangat ramai saat ini, terutama dengan kendaraan bermotor. Tak henti – hentinya
pengendara mobil, bahkan tak jarang motor yang melanggar rambu – rambu lalu
lintas. ‘Tokyo sangat jauh berbeda dengan
Seoul’ pikir Kyuhyun. Ketika Kyuhyun sedang bermain – main dengan
pikirannya mengenai Tokyo, tiba – tiba sebuah mobil melaju kencang dari arah
kiri dan terdengar suara,“KYUHYUN, AWAS!!!” teriak Sungmin sekencang –
kencangnya dan,..
‘kring..
kring..’
Tepat pukul 9 pagi di Jeju, Leeteuk mendapatkan
telefon dari manager hyung Super Junior,
“Yobeoseyo? Waeyo?” tanya Leeteuk serius, menunjukan bahwa dia sedang tidak ingin
berbasa – basi. “MWO?!? Eodi? Beri aku alamatnya! Aku akan segera menghubungi
yang lain! Ne, kau juga,” begitulah percakapan mereka melalui jaringan telefon,
yang membuat teriakan – teriakan Leeteuk membahana di ruangan makan, di dalam
hotel tempat ia dan keluarganya menginap untuk sementara.
Leeteuk pun langsung mengambil jaket, mencari – cari sesuatu
melalui internetnya dan menghubungi orang tuanya dengan segera, “Appa, hari ini
aku akan kembali ke Seoul, sekarang. Jaga umma, ya. Ne, hati – hati di jalan
juga. Annyeong.” pembicaraan yang singkat pun terjadi diantara ayah dan anak
itu. Leeteuk terburu – buru mengemasi barang dan langsung mencari taksi agar
bisa sampai ke Bandara Gimpo dengan
cepat, dan terbang menuju Bandara Incheon.
Sedangkan di Seoul, Shindong yang sedang tertawa
dan bercanda bersama dengan Eunhyuk, Donghae dan Siwon langsung berhenti
berjalan ketika ia merasakan sebuah getaran telefon yang berasal dari saku
celananya. Ia merogoh sakunya dan langsung memencet tombol panggilan ‘jawab’
tanpa melihat siapa yang menelepon.
“Mwo?!? Bagaimana
bisa?!? Eodisoyo? Berapa jam lagi? Baiklah, kami kesana sekarang!” Emosi
Shindong seketika terpacu ketika mengetahui kabar yang baru ia terima.
“Waegeurae? Mengapa kamu teriak – teriakan seperti itu?” tanya Siwon yang sudah
sangat penasaran. Tetapi Shindong tak bergeming dan hanya bergumam “Tuhan, katakanlah
ini adalah kebohongan..”
Di tempat lain, tepatnya di rumah Yesung, Ia
sedang bersama kura – kura kesayangannya. Ia sangat lelah karena harus menemani
Siwon dan Ryeowook kemarin di rumah. Kedua temannya itu memutuskan untuk
tinggal bersama Yesung ketika orang tuanya pergi. Tapi, menurut Yesung, pihak
yang dirugikan disini adalah tuan rumahnya sendiri, karena kedua temannya itu
bertingkah seperti raja, sekalipun di rumah orang lain. Tentu saja itu hanya
sebuah pendapat dari dirinya yang tak pernah ia katakan, karena menurutnya,
kedua temannya itu sangat berarti dalam kehidupan, terutama dalam masa – masa
sepinya. Semua pendapat yang telah tersusun bagaikan peta tak beraturan di
dalam kepala Yesung itu seketika lenyap sudah saat ia mendengar bunyi telepon.
‘kring.. kring..’
“Wookie-ah, tolong angkat teleponnya!” titah
Yesung dengan nada yang nyaring seakan ingin balas dendam akan perlakuan
temannya yang sering menyuruhnya.
“Mwo? Suara hyung kurang keras!!” balas Ryeowook
tak kalah nyaringnya dari suara Jerome.
“Kau sedang di dalam?” teriak Yesung sembari
menuju toilet. Karena ia cukup yakin bahwa suara Ryeowook yang menurutnya
sangat nyaring itu berasal dari tempat keramatnya, yaitu toilet.
“Dan baru saja keluar,” lanjut Ryeowook disertai
dengan cengiran dari bibirnya.
‘kring..
kring..’
Suara telepon kembali berbunyi, seakan menandakan
bahwa telepon itu tidak sabar untuk segera diangkat. Dan suara itu pula yang
menyadarkan kedua makhluk hidup itu dari tempatnya.
“Itu ada suara telepon mengapa tak kau angkat?!?”
panik Ryeowook dan segera berlari untuk mengangkat telepon. “Tadi aku baru saja
menyuruhmu. Tapi kau malah berdiam diri di tempat keramatku” gumam Yesung yang
menurutnya tak terdengar oleh siapapun.
“Yobeoseyo? Mwo?!? Eodi?!? Kau kapan sampai?!?
Baiklah, kita bertemu disana!” Ryeowook langsung panik dan membuka laptopnya,
mengotak – atiknya dan menelepon anggota yang lain.
Di ruangan kantor Kangin, terdengar nada dering
dari telepon genggamnya. “Untuk apa Wookie meneleponku? Bukankah kita masih
mempunyai waktu hingga esok?” gumamnya tanpa sadar.
“Yeoboseyo? Mengapa kau meneleponku? Bukankah besok
kita baru masuk?” Tanya Kangin. Ia terdiam sebentar, mencoba untuk mencerna
segala yang dikatakan dongsaengnya itu, tetapi gagal. Otaknya sudah terasa
buntu untuk berpikir disaat penuh tekanan seperti ini. Terkadang ia menyesal
karena mempunyai otak yang selalu saja tidak mau bekerja dengan benar apabila
ada sesuatu yang mendesak.
“Wookie-ah, bisakah kau ulangi sekali lagi?
Haruskah aku pergi ke THT untuk memastikan pendengaranku?” kata Kangin dengan
nada suara yang sangat gemetar. Tenaganya sudah habis, bahkan untuk memegang
telepon genggam sekalipun. Ia segera mematikan teleponnya, lalu mengotak – atik komputernya sambil sesekali
bergumam tak jelas. Dan seketika itu juga, ia keluar dari ruangannya, dengan
berbekal telepon genggam dan dompetnya, ia turun dan keluar dari kantor, dan
mencari taksi agar dapat sampai di tempat tujuan dengan cepat.
-TBC-
Gimana, readers? Part selanjutnya adalah part end. Jadi mohon ditunggu, ya^^
SEKALI LAGI, JANGAN LUPA KOMENTARNYA, YA.. YANG SUDAH BACA, TOLONG SETIDAKNYA MENINGGALKAN JEJAK. DAN TOLONG KOMENTARNYA DENGAN BAHASA YANG HALUS, AND NO BASHING, PLEASE!
4 comments:
wooo~ daebak eonnie >:3 ditunggu part selanjutnya *lamba12 pake sapu tangan*
muihihi^^
gomawo nae dongsaeng~~
cheonmaneyo (~^-^)~
Saeng makasih udah komen~ ^^
Post a Comment