Sunday, October 20, 2013

Love Island


Title : Love Island

Author : ssdnn

Length : One shot

Genre : Romance, Family, Marriage Life



Rating : General

Casts : Byun Baekhyun (Exo K)
          Kim Taeyeon (SNSD)

Disclaimer : I do not own the casts but this fanfiction is mine. No plagiarism, bash, and please leave a comment. Thank you.

Author Notes : Ini kali pertamanya saya buat FF yang dua-duanya idol. Atau bahasa simple-nya, ini kali pertamanya saya buat FF yang pairing-pairing-an kayak gini. Saya cuma mau coba-coba aja. Tolong kalau ga suka, jangan baca dan jangan di bash. Makasih. Happy reading!^^

PS: Sorry for my bad English. Fanfiction kali ini belum saya buat posternya, jadi harap ditunggu ya. Atau mungkin, saya enggak bikin posternya sama sekali. Thanks and please enjoy.

-------------00-------------


Seoul, 2065

Wanita tua itu memandang pekarangannya dengan senyum penuh rasa bangga. Sama seperti rasa yang ia alami sekitar 19 tahun yang lalu, saat anaknya yang paling kecil telah menikah. Selain bangga, ia yakin perasaan lega juga menyelimuti hatinya. Tidak dapat dipungkiri, ia juga bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil mendidik kedua anaknya, setidaknya sampai masing-masing dari mereka bisa membentuk sebuah keluarga yang baru.

Tapi ia juga takut. Takut kalau bunga-bunga ini meninggalkannya lagi dalam kesendirian yang tak berujung. Ia takut bunga-bunga ini akan layu dan mati, seakan menunjukkan bahwa hasil kerja kerasnya selama ini adalah sia-sia. Walau bagaimanapun juga, bunga-bunga ini pasti akan layu dan mati pada akhirnya. Sama seperti kedua anaknya yang meninggalkannya tanpa kabar.

Bukan berarti ia ingin menjadi ibu yang jahat dengan tidak mendukung keberhasilan anaknya, bukan. Justru ia sangat mendukung kedua anak laki-lakinya itu, tapi keduanya tidak pernah menunjukkan batang hidungnya sekali pun. Seperti kacang yang lupa dengan kulitnya,

Ia hanya takut kehilangan sesuatu yang ia cintai. Ia takut kehilangan sesuatu yang telah ia jaga selama ini. Ia takut kecewa saat mengetahui hasil kerja kerasnya ternyata berujung sia-sia. Dan seluruh rasa takut itu menghantuinya terus-menerus, menyelimutinya tanpa henti. Semua itu berjung pada hal-hal buruk lainnya yang membuat ia semakin takut untuk mempercayai sesuatu yang harusnya ia percayai. Membuatnya tidak ingin menaruh harapan terlalu tinggi dalam sesuatu yang harusnya ia harapkan tinggi-tinggi.

"Sudah kubilang, mengurus bunga-bunga seperti itu susah sekali. Lihat, sekarang aku jadi harus membantumu mengurusnya," Laki-laki tua menghampiri wanita itu dengan penuh peluh di dahinya. Tak hanya itu, baju yang ia kenakan pun basah semua karena keringat. Untuk laki-laki tua seperti dirinya, mengurus pekarangan rumah sendiri benar-benar membutuhkan tenaga lebih. "Yeon, bagaimana kalau kita mengganti bunga-bunga itu dengan air mancur? Tenang saja, nanti aku yang buatkan, kok! Kau tidak perlu khawatir, nanti akan kutanamkan juga bunga-bunga kitarnya. Ya..., tidak sebanyak bunga-bunga dipekarangan ini,  sih. Tapi kau mau, kan? Supaya kita tidak repot lagi, Yeon. Lagipula kan kita semakin tua, semakin sulit pula merawat tanaman seperti itu."

Tapi wanita tua itu hanya tersenyum tipis. "Yang kusuka itu bunga, bukan air mancur. Kalau kau tidak mau merawatnya tidak apa-apa. Biar aku sendiri yang merawatnya," Taeyeon berjalan menjauhi pekarangan rumahnya menuju kamar pribadinya. "Sebenarnya aku ingin pergi ke taman bunga...," gumam Taeyeon pelan tapi masih bisa didengar Baekhyun.

Laki-laki tua itu bergerak mengikuti istrinya. Setelah ia dan Taeyeon masuk ke dalam kamar, ia segera menutup pintu kamar itu dan membiarkan keheningan menyelimuti mereka.

Baru saja Taeyeon ingin merebahkan dirinya di atas kasur, ia tiba-tiba memegang dahinya sendiri. Baekhyun yang melihat hal itu merasa bingung sekaligus panik dan semakin mendekati Taeyeon. Ia takut Taeyeon tiba-tiba pingsan atau...

"YEON!!"

***

Apa Anda percaya dengan penyakit fiksi? Maksud saya, dengan penyakit yang hanya terjadi dalam imajinasi seseorang. Apa Anda percaya?

Kalimat demi kalimat itu terus mengiang di otak Baekhyun.

Tidak. Memangnya ada apa, uisa-nim?

Istri Anda terkena penyakit fiksi. Skitopeamus, penyakit yang dapat membuat si penderita pingsan tiba-tiba, tidak memiliki nafsu makan, dan penyakit ini bisa menyebabkan kematian. Hati-hatilah terhadap demam tinggi. Karena sekali demam tinggi itu menyerang tubuhnya, demam itu bisa tidak pergi sehingga mempercepat kematian. Penyebab penyakit ini masih dipertanyakan, tapi penyembuhannya pun jauh lebih dipertanyakan. Tidak banyak orang yang menderita penyakit ini, tapi mungkin istri Anda menjadi seorang yang tidak beruntung dari sekian banyaknya orang yang ada di dunia ini.

Kenyataan itu menampar Baekhyun cukup keras. Apa itu berarti Taeyeon akan meninggalkannya begitu saja? Dalam waktu dekat ini? Tidak, ia tidak mau. Ia belum siap. Setelah sikap dingin yang selama ini ia tunjukan kepada Taeyeon, ia ingin memberikannya sisi romantis yang diharapkan dalam setiap hubungan. Mungkin selama ini ia terlalu keras kepadanya, terlalu banyak beragumen dengan Taeyeon. Dan ia ingin memperbaiki itu semua, ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Taeyeon. Ia ingin meninggalkan kenangan manis di hati istrinya sendiri.

Jangan pernah menentang keinginannya, kalau Anda tidak ingin ia semakin tertekan. Sekalipun ia mogok makan, biarkan saja kalau itu memang membuatnya bahagia. Seperti yang saya katakan tadi, ia bisa meninggal kapan saja dan memang umurnya tidak lama lagi. Jadi saya rasa, tugas Anda hanyalah membuat istri Anda bahagia.

"Kau kenapa? Kita jadi ke taman bunga, kan?" Taeyeon menatap suaminya dengan tatapan bingung. Ia bisa melihat Baekhyun mengemudikan mobil yang mereka tumpangi ini dengan tanpa ekspresi. Pikirannya melayang entah kemana.

"Aku baik-baik saja. Ya..., kita akan pergi ke taman bunga."

Saya tidak akan memberikan obat apa pun untuk istri Anda. Satu-satunya obat yang perlu Anda berikan kepadanya adalah kebahagiaan. Saya dokter baru yang ditugaskan untuk menjaga ruang UGD. Meskipun saya memang baru kerja, saya sudah mencari tahu beragam jenis penyakit. Saya banyak membaca buku cerita maupun film-film yang berhubungan dengan penyakit. Saya mempelajari semuanya, termasuk penyakit yang diimajinasikan penulis dalam buku ataupun skenario film yang ia buat. Nama saya Oh Sehun, dan Anda bisa menghubungi saya melalui kartu nama ini apabila masih ada sesuatu yang ingin Anda tanyakan.

Itu adalah hal terakhir yang Baekhyun ingat, sebelum ia keluar dari ruang UGD tempat istrinya tadi dirawat sementara.

Kebahagiaan seperti apa yang bisa dan harus ia berikan pada Taeyeon?

"Kita sudah sampai? Ayo, turun!" Taeyeon dengan girangnya turun dari mobil, meninggalkan Baekhyun termenung sendirian di dalamnya.

Kalau perempuan itu tahu bahwa umurnya tidak lama lagi, apa ia masih bisa segirang ini? Entah mengapa, Baekhyun tidak ingin menghancurkan kegembiraan istrinya sendiri. Biar waktu berlalu dan menentukan segalanya.

***

Seoul, 13 Februari 2065

"Yeon, aku tidak akan bekerja lagi mulai hari ini." Pernyataan yang dilontarkan Baekhyun secara tiba-tiba itu hampir saja membuat bola mata Taeyeon jatuh dari tempatnya.

"Wae? Apa kau sudah bosan dengan bangunan-bangunan dan perkakas tua seperti itu?" Taeyeon mulai mengunyah makanan yang sedari tadi ia makan dengan perlahan, menanti jawaban Baekhyun yang akan menjadi teka-teki di hatinya. Kenapa tiba-tiba ia berhenti dari pekerjaannya?

Tapi bukannya menjawab, Baekhyun menghampiri Taeyeon dengan seulas senyuman yang mengembang di wajahnya. Senyuman lelahnya.

"Habiskan makananmu, setelah itu kita akan pergi ke sebuah pulau dimana hanya ada kau dan aku di sana,"

***

Mata Taeyeon membelalak lebar begitu ia melihat sebuah perahu terbuat dari kayu yang sudah siap berlayar di depannya. Semua barang-barang serta perlengkapannya seakan-akan telah dipersiapkan Baekhyun jauh-jauh hari. Yang ia tahu, 15 menit yang lalu ia masih duduk dengan tenang di rumahnya sambil menikmati makanan. Tapi sekarang, ia sudah berada di tepian pantai dengan beberapa koper di dalam perahu di depannya itu.

"Kita akan pergi selama beberapa hari. Kau tidak apa-apa, kan?" Taeyeon mengangguk, mengiyakan pertanyaan Baekhyun.

Mereka menaiki perahu berukuran sedang itu dengan penuh hati-hati. Pelayaran itu mereka lakukan selama 5 jam, tetapi terasa seperti berlayar seharian. Mungkin karena faktor umur yang sudah terlalu tua, Baekhyun jadi tidak mempunyai tenaga yang cukup untuk membawa perahu ini ke tempat tujuan mereka dengan waktu yang singkat.

"Kau mandi dulu, baru istirahat. Tinggal saja pakaian kotornya, biar aku yang cuci nanti."

Taeyeon memandang sebuah rumah kecil yang berdiri kokoh di depannya dengan penuh terpesona. Ia tidak pernah menyangka ada pulau sepi, kecil, tetapi indah seperti ini. Disekitar rumah itu terdapat hamparan taman bunga yang menyejukkan pikiran Taeyeon. Saking terpesonanya, ia bahkan sampai lupa untuk melihat Baekhyun. Ia harus berterima kasih kepada suaminya ini.

"Indah, ya? Aku juga baru pertama kali menemukan pulau seperti ini. Katanya pulau ini sepi karena tidak ada bahan pangan yang memadahi. Lagipula, rasanya pulau ini memang terlalu kecil untuk hidup berkeluarga dalam jangka waktu yang panjang. Kadang, pulau ini dikunjungi beberapa orang asing. Tapi biasanya di hari libur, bukan di hari kerja seperti ini. Apa kau senang, Taeyeon-ah?"

Taeyeon menjawab pertanyaan Baekhyun dengan senyumannya. Walau sudah lama tak dilihat, tapi Baekhyun tetap saja menganggap senyuman itu manis. Sama seperti berpuluh-puluh tahun lalu saat mereka masih muda.

Taeyeon membuka pintu rumah kecil itu, lalu menelusuri tiap-tiap bagian maupun ruangan yang ada di sana. Ia membuka sebuah pintu kamar yang ia rasa sebentar lagi akan ditempatinya dan Baekhyun. Rumah kecil ini hanya memiliki 1 ruang tidur, 1 kamar mandi, dan sebuah dapur yang menyatu dengan ruang keluarga. Rumah ini pun juga bisa dibilang cukup nyaman, karena dikelilingi oleh taman bunga. Dari jendela-jendela yang ada di dalam rumah itu, Taeyeon bisa melihat beberapa rumah lain yang ber-design seperti rumah ini yang terletak dengan jarak berjauhan. Setidaknya, jarak sejauh 30 meter membatasi tiap rumah-rumah ini.

Pulau ini memang lebih cocok disebut dengan "Pulau Bunga". Bukan taman bunga yang terletak di dalam rumah, tapi rumah yang terletak di dalam taman bunga yang luas. Uniknya, pulau kecil ini terdiri dari berbagai jenis bunga dengan berbagai jenis warna. Pulau itu hanya memiliki sebuah jalan setapak yang menghubungkan suatu lokasi dengan lokasi lainnya. Jarak yang cukup jauh yang memisahkan tiap rumah maupun bangunan yang ada di sana membuat pulau ini terkesan sepi. Memang kenyataannya pulau ini sepi, dan parahnya tidak ada satu pun toko yang dibangun di sini. Mungkin mereka memang sudah tahu, usaha dagang hampir bisa dibilang mustahil untuk maju di pulau ini.

"Yeon, kau tidak mandi?" Baekhyun mengejutkan Taeyeon dengan pertanyaannya. Taeyeon mengambil handuk dan pakaian dari kopernya lalu berjalan perlahan menuju kamar mandi, meninggalkan Baekhyun sendirian di ruang keluarga.

***

Baekhyun benar-benar menepati ucapannya untuk mencuci baju kotor yang telah mereka pakai, juga menjemurnya di pinggiran rumah kecil itu. Ia yang sebelumnya belum pernah mengurusi hal-hal berbau rumah tangga seperti ini merasa agak lelah setelah melakukannya, demi Taeyeon.

Taeyeon sendiri menjadi bingung dengan perubahan sikap Baekhyun. Ia menghampiri suaminya yang berada di halaman belakang rumah kecil itu, lalu menatapnya dengan penuh tanda tanya. Tapi setelah cukup lama ia memandangi wajah tampan suaminya, ia tak kunjung berkata sepatah kata pun.

"Kenapa kau memandangku terus?" tanya Baekhyun seraya mengangkat pakaian lain yang masih basah, lalu meremasnya untuk meminimalisirkan air yang masih menyerap di pakaian itu.

"Ani. Justru aku yang ingin bertanya, kenapa kau tiba-tiba jadi seperti ini? Maksudku..., sebelumnya kau bahkan tidak peduli dengan pekerjaan-pekerjaanku. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba kau berubah seperti ini?"

Baekhyun menyunggingkan sebuah senyum tipis. Yang pertama karena Taeyeon yang tiba-tiba mau membantunya menjemur beberapa pakaian yang masih tersisa. Dan yang kedua, karena ia sedang merangkai kata-kata apa yang akan ia ucapkan pada Taeyeon.

"Apa aku terlalu ketus padamu?"

Entah mengapa, kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Baekhyun. Memang terkesan canggung, tapi ia penasaran akan jawaban Taeyeon. Kalau dia sendiri yang menjadi Taeyeon dan diperlakukan seperti ia memperlakukan Taeyeon biasanya, mungkin ia langsung meminta cerai.

"Tidak..., atau mungkin memang aku sudah biasa. Kenapa?"

"Apa kau akhir-akhir ini sering merasa pusing? Atau kurang nafsu makan?" Baekhyun mengacuhkan pertanyaan Taeyeon dengan pertanyaan-pertanyaannya. Ia rasa Taeyeon tidak perlu tahu alasan dibalik pertanyaan-pertanyaannya. Baekhyun hanya butuh jawaban, dan sebisa mungkin menjaga Taeyeon supaya bisa berada di sisinya...., lebih lama lagi.

"Kadang. Kenapa memangnya? Kenapa kau mengintrogasiku seperti itu? Baekhyun-ah, jawab pertanyaanku. Kalau kau tidak menjawabnya, aku tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu nanti,"

Baekhyun tertawa ringan, menunjukkan gigi-giginya yang sudah hampir tanggal semua. Tidak seperti Taeyeon yang giginya masih sehat, Baekhyun jarang merawat giginya sendiri sehingga sekalipun ia lebih muda dari Taeyeon, Baekhyun tetap memiliki lebih banyak gigi yang tanggal ketimbang Taeyeon.

"Aku minta maaf atas sikapku selama ini. Jangan membenciku Taeyeon-ah,"

Taeyeon mengerutkan kedua alisnya, semakin bingung. Ucapan Baekhyun seakan-akan memberi sentilan kepada hatinya bahwa mereka tidak akan bersama-sama sebentar lagi. Apa ini...,

"Apa yang kau sembunyikan dariku? Apa ini ada hubungannya dengan dokter itu? Apa yang ia katakan padamu kemarin ini? Sebenarnya, penyakit apa yang kuderita? Kenapa kau berkata seakan-akan kita akan terpisah sebentar lagi?"

Baekhyun menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak menyembunyikan sesuatu darimu. Ia hanya menyuruhmu untuk banyak-banyak istirahat. Kau hanya kelelahan, yeobo. Tenang saja, tidak perlu khawatir."

Taeyeon tertegun mendengar sapaan yang jarang sekali diucapkan Baekhyun. Yeobo? Kapan terakhir kali ia mendengar kata itu? Entahlah, Taeyeon sendiri sudah terlalu tua untuk bisa mengingatnya.

Baekhyun sendiri hanya bisa tersenyum tipis saat ia menyadari perkataannya sendiri. Sekalipun mereka memang sudah tua, tapi tidak ada kata terlambat untuk memulai kembali masa-masa romantis, kan? Romantis itu tidak terpaut pada umur. Memangnya hanya anak muda saja yang bisa menikmati masa romantis mereka?

"Kau masuk saja, biar aku yang mengurus jemuran-jemuran ini,"

Taeyeon mengangguk, lalu menuruti kata-kata Baekhyun. Ia merasa panas menjalar naik memasuki tubuhnya, hingga dahinya. Apa ia terkena demam?

"Saranghaeyo, Byun Taeyeon."

Sebelum Taeyeon bisa berpikir lebih jauh lagi, buru-buru ia masuk ke dalam kamarnya. Kejadian ini terlalu singkat baginya, dan ia butuh banyak penjelasan. Kenapa sikap Baekhyun berubah seperti itu? Dan kenapa tiba-tiba demam ini menganggunya?

Aku tidak ingin kau mengkhawatirkan penyakitmu sendiri, Taeyeon-ah. Aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan bahwa tidak lama lagi kau akan pergi dariku, sementara aku masih belum bisa menebus segala kesalahanku padamu. Tolong jangan pergi, Taeyeon-ah.. Tetaplah di sisiku.

Malam itu, Baekhyun terpaksa tidur di sebuah sofa di ruang keluarga karena Taeyeon mengunci pintu kamar mereka. Mungkin saking lelahnya, Taeyeon tidak ingin diganggu. Tapi Baekhyun bisa mengerti hal itu, ia akan memberikan waktu kepada Taeyeon untuk sendiri.

***

"Yeon, buka pintunya. Kau harus sarapan," Untuk kesekian kalinya, Baekhyun megetuk pintu kamar itu. Tapi tetap tidak ada jawaban. Apa Taeyeon masih tidur?

"Yeon, jawab aku. Aku sudah membuatkan bubur untukmu,"

Tidak ada jawaban, Baekhyun dengan terpaksa menggunakan kunci cadangannya untuk membuka pintu kamar itu. Kalau ia masih muda, pastilah ia sudah membuang tenaganya untuk mendobrak pintu kamar mereka ini.

Mata Baekhyun membelalak lebar ketika melihat tubuh Taeyeon yang terkulai lemas di atas tempat tidur. Wajahnya penuh peluh, dan matanya terpejam erat seolah menahan rasa sakit. 

"TAEYEON!!" Baekhyun berteriak memanggil istrinya, tapi Taeyeon tidak menjawab. Baekhyun segera berlari mengambil sebuah baskom air dingin dan handuk kecil, lalu menaruhnya di atas dahi Taeyeon.

Tidak, ia tidak boleh berhenti di sini.
Aku masih ingin hidup bersama-sama dengan Taeyeon.
Tidak, jangan sekarang...

"Baekhyun-ah," dengan suara parau dan terbatas, Taeyeon memanggil Baekhyun.

"Hmm?"

"Maafkan aku karena telah membuatmu tidur diluar semalam," Taeyeon memandang Baekhyun dengan pandangan menyesal.

"Semalam aku bermimpi pergi ke taman bunga. Di sana aku bertemu dengan orang tuaku. Dan di sana juga, aku melihatmu bermain dengan cucu-cucu kita," Taeyeon melanjutkan ucapannya tanpa memberi kesempatan bagi Baekhyun untuk berkata sepatah kata pun.

"Aku sudah sangat tua, sudah sangat lelah. Kau harus melanjutkan hidupmu, Baekhyun-ah. Jangan pernah bersedih, dan bersenang-senanglah di saat-saat tuamu. Jangan pernah melupakan aku, Baekhyun-ah. Terima kasih karena telah setia menemaniku selama berpuluh-puluh tahun." Perlahan-lahan pandangan Taeyeon menjadi kabur. Ia menutup matanya sambil tersenyum.

"Taeyeon, jangan... Buka matamu, Yeon!" Baekhyun mengguncang-guncang tubuh Taeyeon, panik setengah mati. Karena keadaan pulau itu yang memang selalu sepi, Baekhyun tidak tahu lagi kemana ia harus meminta pertolongan.

"Saranghaeyo, Byun Baekhyun."

"TAEYEON!!!" Baekhyun langsung menjerit ketika ia melihat Taeyeon menghembuskan nafasnya, nafas terakhirnya.

Distances are not a matter, when the memories are sweet. Special people are never forgotten, because they remain in heart beats. (Ritu Ghatourey)

***

"Taeyeon?" Samar-samar, Taeyeon mendengar suara lembut menyapa telinganya. Ia ingin membuka kedua matanya, tapi tidak bisa. Di sisi lain, ia tahu ia harus membuka matanya, untuk meyakinkan orang-orang di sekitarnya bahwa ia masih hidup.

Ia masih hidup.

Ia baru saja melalui masa kritisnya yang panjang.

Dan sekarang, ia hadir kembali untuk menjalani kehidupan yang baru bersama dengan suaminya, Byun Baekhyun.

Setelah memaksakan kedua matanya untuk terbuka, akhirnya ia berhasil juga. Ia melihat tangan Baekhyun yang menggenggam erat tangannya. Tapi, ia tidak tahu dimana dirinya sekarang.

"Taeyeon-ah! Kau sudah sadar! Aku panggil dokter sebentar, ya!" Sosok Baekhyun yang baru dilihatnya tadi kini tengah berlari dengan lincah keluar ruangan, berteriak memanggil nama dokter.

"Dokter? Berarti ini di rumah sakit?" gumam Taeyeon sambil menatap infus yang meliliti tubuhnya.

Tapi, benarkah itu hanya mimpi? Semua yang terjadi padanya, benarkah itu hanya mimpi? Atau itukah bayangan kehidupannya nanti?

Tunggu. Nanti?

"Baekhyun-ah," Taeyeon memanggil suaminya ketika Baekhyun baru saja memasuki ruang itu lagi. "Sekarang tanggal berapa?"

"14 Februari. Kenapa? Ah, aku lupa sesuatu. Happy Valentine's Day, Taeyeon-ah!" Baekhyun tersenyum sambil mengeluarkan setangkai bunga mawar dari dalam blazer hitamnya.

"Tahun? Aku dimana sekarang?"

Baekhyun mengerutkan kedua alisnya, terlihat bingung dengan pertanyaan Taeyeon.

"Tahun 2013 dan kau masih di Seoul. Yeon, memangnya kau ingin pergi kemana?"

"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa berada di sini? Bukankah..., aku sudah mati?"

Walaupun guratan-guratan kebingungan masih jelas terlihat di wajah Baekhyun, tapi ia sebisa mungkin berusaha untuk menutupinya. Ia menghela napasnya, lalu duduk di sebuah bangku tepat di samping ranjang Taeyeon. Selagi dokter yang ia panggil tadi masih menikmati makan siangnya, mungkin ini saat yang tepat untuk berbicara dengan Taeyeon, menjelaskan semuanya.

"Apa dalam masa kritismu, kau bermimpi sesuatu? Mungkin itu mimpi burukmu. Yang aku ingat dan aku ketahui, saat itu, 4 hari yang lalu, kau sedang berada di depan altar pelaminan, bersamaku. Tapi setelah kau mengucapkan janji itu, kau jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri hingga tadi. Kau tahu, aku sungguh panik! Dokter bilang kau baru operasi jantung dan kelelahan, makanya kau langsung pingsan. Tapi aku tidak tahu sama sekali kenapa kau bisa tiba-tiba pingsan seperti itu. Apa ada sesuatu yang sakit? Apa kau mengingatku?"

Taeyeon berusaha mencerna apa yang baru saja Baekhyun jelaskan kepadanya. Ia tersenyum, lalu mengangguk perlahan.

"Aku baik-baik saja, dan tentu saja aku mengingatmu. Kalau aku tidak mengingatmu, mana mungkin aku bisa menyapamu?"

Baekhyun tersenyum lega. Ia sangat takut kehilangan Taeyeon, maka dari itu ia setiap hari selalu berada di sisinya untuk menjaganya. Lebih dari apa pun, ia sadar bahwa Taeyeon telah menjadi istrinya di hari ia mulai merasa takut kehilangannya.

"Ehem," Seorang dokter berkulit putih memasuki ruangan itu. Dari name tag-nya, Taeyeon dapat melihat nama dokter itu, Oh Sehun. Seketika, ia teringat akan mimpinya kembali. Apa itu benar-benar mimpi? Kenapa terkesan begitu nyata dan mirip dengan kejadian yang terjadi saat ini?"

Tapi kemudian ia teringat sesuatu. Taeyeon menggenggam tangan Baekhyun, lalu tersenyum lembut.

"Baekhyun-ah, promise me you won't cry when I'm gone. I don't want to leave you. But if something bad happens,-"

"Don't talk nonsense, just go back to your sleep."

"I am not. But promise me you won't cry when I'm gone, and when it is really happen, please don't forget about me. And please find your own happiness." Taeyeon menatap Baekhyun dengan sungguh-sungguh, seakan mengisyaratkan bahwa ia tidak akan mundur sebelum Baekhyun menuruti kemauannya.

"Yes, I won't. I promise you. Yeobo, just remember I will always love you, no matter what. I don't know what I'm gonna do later to find my own happiness when you're gone. But I will try my best to make you happy, from now and later."

Taeyeon tersenyum puas. Memang ia tidak tahu apakah mimpinya hanya sebatas mimpi belaka, atau akan terjadi nantinya. Tapi ia senang mendengar janji Baekhyun, dan itu sudah cukup.

"Baekhyun-ah, di mimpiku itu, kau mengajakku pergi ke sebuah pulau. Dan di sana kita menghabiskan masa-masa tua kita. Aku ingin pergi ke pulau seperti itu, Baekhyun-ah!"

Baekhyun berpikir sejenak. Pulau? Pulau apa yang menarik? Pulau apa yang dapat memikat hati Taeyeon? Pulau apa yang cocok untuk bulan madu mereka?

Eh? Bulan madu?

Menyadari pikirannya sendiri, Baekhyun tiba-tiba menunduk malu. Pipinya pun bersemu merah, dan matanya mencari sesuatu untuk ditatap asal jangan mata Taeyeon.

"Mungkin Pulau Jeju? Tapi..., kita akan kembali ke Seoul lagi, kan? Aku masih muda, Taeyeon-ah. Aku masih ingin kuliah lagi nanti,"

Taeyeon menganggukkan kepalanya. Siapa yang tahu kalau ternyata mimpinya itu benar-benar terjadi di Pulau Jeju? Mungkin Pulau Jeju dengan fantasinya sendiri.

1 comment:

reginadavine said...

niahahahahaaaa ;u; cakep banget dah ffnya ♡ gak kebayang baekhyun senyum dengan giginya yang hampir tanggal semua ;u; lain kali bikin ff pairing lagi ya, demi gue(?) hwaiting~ :3

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...