Sunday, March 17, 2013

Love On Your Birthday




Title : Love On Your Birthday


Author : ssdnn


Genre : Romance, friendship, family

Rating : General


Length : Oneshot


Casts : Lee Hyukjae (Sj)
        Kim Jong Woon (Sj)
        Kim Hyoyeon (SNSD)
        Lee Jin Young (Nyssa)

Summary : 

Kau dulu adalah adik kecilku, saudara kembarku, dan benar - benar terlihat kekanakan dimataku.

Tapi kini kau berubah, banyak sekali yang berubah dari dalam dirimu setelah 20 tahun kita berpisah.

Jika sewaktu masih kecil aku bisa memanggilmu dengan sebutan 'Chagi', lalu kita berpura - pura menjadi sepasang suami istri, tentu kini hal itu tidak bisa menjadi kenyataan, bukan?

Tapi apa salah, jika aku sebagai Oppa mu, aku ingin melindungi dongsaeng ku sepenuhnya?

Dan aku tidak akan menyerah untuk itu. - Lee Hyukjae

"..Jika saja hatinya yang dingin itu bisa dicairkan dengan api, maka akan kupanaskan hati itu hingga suhu 100 derajat celsius!" - Lee Jin Young

Disclaimer : This is my fanfiction, and I present this fanfiction for my -fake- sister, nyssa^^

Omo saengie, saengil chukka hamnida!!^^ wishing you all the best~~ mian FF nya telat beberapa hari'-'

And as always, do not allowed to do plagiarism, and no bashing please! Thank you very much.

Best regards, ssdnn.

A/N : HAHA. Gimana noh inggrisnya'-' baru aja ngubek ngubek google translate nih. Wkwk

Oke, -untuk kesekian kalinya- I'm very sorry for this bad fanfiction, and sorry for any typo(s). Hehe:D you know la~ I'm a human too~ Kekeke~~

Last, Happy reading and please enjoy^^

--------**----------

"..Aku akan pergi ke Korea besok.." Ucap seorang gadis dengan agak lesu pada telfon genggamnya.

'Selalu saja begini!' Rutuk gadis itu dalam hati.

Jika bukan karena eomma nya yang sedari tadi meminta gadis itu untuk menelefon seseorang, maka ia tidak akan semurung ini.

Sama seperti 20 tahun yang lalu, saat ia juga menelefon orang itu dengan ceria, tapi hanya dibalas dengan beberapa nada dingin yang baginya sedikit memilukan hati.

Kalau orang lain yang mengucapkan nada itu, sih.. Tidak apa.

Tapi ini, yang mengucapkan adalah Oppa nya sendiri, saudara sedarah dan bahkan saudara kembarnya.

Dan itu sangat memilukan.

"Hmm. Apa yang harus kulakukan?" Tanya orang disebelah telfon itu.

"Ya, Lee Hyukjae! Tentu saja kau harus menjemput dongsaeng mu ini! Kau itu-Aish!" Omel seorang wanita paruh baya, eomma mereka berdua.

"Eom-Eomma?!? Jinjja aku merindukan suaramu, eomma!!"

Dan sikap orang itu, Lee Hyukjae, tengah berubah 190 derajat.

"Eomma.. Aku tidak apa - apa. Oppa kan sibuk, apalagi dengan perannya sebagai salah satu member Super Junior, tentu itu akan menjadi suatu hal besar.." Gadis itu menimpali, seakan mengatakan bahwa dirinya baik - baik saja.

Padahal, bukan itu maksudnya.

"Kau benar." Celetuk Lee Hyukjae, seorang laki - laki yang memegang peran penting dalam boy band Super Junior.

Dan laki - laki itu juga yang sedang berbicara melalui telefon, dengan ibu dan saudara kembarnya, Lee Jin Young.

"Ya! Aish! Pokoknya Youngie besok akan mendarat pukul 10 dan ia akan memakai kemeja putih. Kau harus jemput dia, arraseo!" "Eom-" "Ingat, Eomma tidak menerima penolakan!" Potong wanita paruh baya itu dengan cepat, sebelum Hyukjae sempat menyelesaikan katanya yang pertama.

"Arasseo. Akan kuusahakan untuk datang." Akhirnya, Hyukjae mematikan sambungan telfonnya setelah ia menghela nafas panjang.

Terasa berat, memang.

***

Aku menghempaskan diriku secara asal ke ranjang bernuansa putih, yang dulu sering ditempati oleh Hyukjae Oppa.

Ya, dulu.

Konyol memang, tapi kini aku benar - benar merasa kehilangan dirinya.

Maksudku.. Apa pergi dari Indonesia selama 20 tahun bisa membuat sikapnya berubah terhadapku? Terhadap saudara kembarnya sendiri?

Dan-Hei! Bahkan dulu ia yang memintaku memanggilnya dengan sebutan 'Oppa', hanya karena ia iri dengan teman - teman sebaya nya yang telah mempunyai kekasih? Padahal, perbedaan umur kami bahkan tidak lebih dari 4 jam. Tentunya ia yang lebih tua.

Tapi kini, panggilan 'Oppa' seakan terasa hampa bagiku.

Dan lagi - lagi, kembali teringat olehku, saat Hyukkie Oppa berpura - pura untuk melamarku ditengah - tengah sungai Han, tepat di ulang tahunku yang ke 7.

Ia berlutut layaknya seorang laki - laki dewasa -yang tampan tentunya-, lalu menggenggam tanganku dan menciumnya pelan hingga membuat senyumku mengembang. Ia mengalungkan sebuah liontin berbentuk hati dileherku, dan liontin itu selalu kugunakan hingga saat ini.

Tapi itu hanya terjadi saat ulang tahunku yang ke 7, dan 20 tahun telah berlalu sejak kejadian yang tak akan pernah kulupakan itu.

Meski malam sebelumnya aku yang meminta kepada Hyukkie Oppa untuk berpura - pura melamarku, tapi tetap saja aku senang bukan main.

Dan aku ingat, saat itu aku pernah bilang kepadanya tentang sesuatu hal yang menjijikkan.

"Oppa, aku ingin seseorang melamarku, tepat disaat aku berulang tahun entah yang keberapa. Persis seperti ini..

Aku ingin orang itu berlutut dihadapanku, lalu tersenyum manis dan berkata, 'Chagiya, Saranghae..', lalu mencium jemariku pelan.

Mungkinkah kau yang akan menjadi 'orang' itu, Hyukkie Oppa?"

Tapi tetap saja, aku masih menginginkan hal menjijikkan itu terjadi pada diriku, suatu hari nanti.

"Jin Youngie~ kau belum membereskan bajumu?" Teriak Eomma yang membuatku tersentak.

***

"Hyung.. Bagaimana ini? Aku harus bagaimana, hyung?" Tanyaku frustasi pada Yesung hyung.

"Aku takut Youngie ku salah pengertian.. Aku takut-"

"Katanya kau mau melupakannya? Bagaimana bisa kau melupakannya kalau kau tetap memanggilnya seakan - akan ia hanyalah milikmu seorang? Hapuslah kata 'ku' itu sebelum kau benar - benar mau melupakan Jin Young." Ucap Yesung hyung tegas kepadaku.

Tuhan, kenapa rasanya sesulit ini? Bahkan Yesung hyung saja tidak serumit diriku, padahal ia harus menyembunyikan hubungan kakak - beradiknya dengan Hyoyeon.

Sungguh, aku frustasi.

"Aku tidak bermaksud dingin padanya.. Tapi aku sadar hubungan ini-Ani. Maksudku.. Kalau lama - lama seperti ini terus.. Aku tidak bisa.."

Aku menyandarkan tubuhku pada sofa empuk milik dorm kami. Sejenak, aku melirik Yesung hyung dan seketika itu juga, sebuah ide terlintas di otakku.

"Hyung.. Maukah kau..."

***

Pagi itu, ramainya bandara Incheon tidak seperti hari - hari biasanya. Bagaimana tidak? Seorang laki - laki berkulit putih berwajah tampan meskipun bertubuh agak pendek, berjalan dengan gagahnya membelah lautan manusia di bandar udara itu.

Laki - laki itu mengenakan kacamata hitam, topi putih dan juga kaus berwarna senada yang melekat pas di tubuhnya. Dengan celana jeans keluaran terbaru dan sepatu Reebok yang menjadi andalannya, ia terus melangkah hingga kakinya berada tepat di depan pintu kedatangan.

Matanya bisa dibilang terlalu gencar untuk mencari seorang gadis bertubuh mungil yang kini ada di otaknya. Padahal, baru saja beberapa menit yang lalu ia meyakini gadis ini akan gampang ditemukan. Tapi mengapa jadi begini sukar?

"Chogi.." Gumamnya cepat saat matanya telah berpusat pada seorang gadis mungil, memakai kemeja putih dengan rambut dikuncir satu kebelakang.

"Eum.. Nuguseyo?" Tanya gadis mungil itu ragu, dan dengan suara pelan.

"Aku disuruh Hyukjae untuk menjemputmu, Jin Young-ssi."

***

Kalau bukan karena monyet yadong itu, maka aku tidak akan berada di mobil ini sambil menyetir dengan dua orang wanita berisik di bangku belakangku, tepatnya di kursi penumpang.

Eh. Sebenarnya sih yang satu itu pendiam. Hanya saja, Hyoyeon yang terus menerus berbicara dan mengganggu pendengaranku.

"Jadi, eonni itu adik kandungnya Yesung oppa?" Tanya Jin Young yang baru saja kusebut pendiam.

"Ne! Kau tahu, Yesung oppa ini sangat bawel, sangat nakal dan juga sangat memalukan, Youngie!" Balas Hyoyeon cepat, dan antusias.

"Ah, Jinjja? Padahal aku melihat sifat Yesung oppa sangat menyenangkan di variety - variety show yang dibintangi Super Junior.." Ucap Jin Young bijak disertai dengan senyumannya yang dewasa.

See? Bahkan Hyo yang lebih tua justru terlihat lebih kekanakan dibanding Jin Young yang lebih muda darinya.

Entahlah, tapi kurasa aku juga senang akan sifatmu, Lee Jin Young.

"Jin Young-ah, eum.. Maksudku.. Jin Young-ssi.. Eh-"

"Oppa, panggil aku dengan sebutan apapun, yang penting kau terasa nyaman.." Lagi - lagi, ucapan Jin Young membuatku tersenyum.

"Jin Young-ah.. Kau ada urusan apa tiba - tiba datang ke Korea? Bukannya kau dari Indonesia?"

"Ne, oppa! Aku memang dari Indonesia. Tapi kebetulan, aku ada libur 6 bulan, jadinya aku bisa datang ke Korea. Sekalian eomma menyuruhku untuk menjenguk member Super Junior." Ucapnya membalas pertanyaanku.

"Ah.. Enak, ya.. Kau bisa dekat dengan si monyet yadong itu. Tidak seperti aku dan Hyo." Ucapku blak - blakan.

"Ani. Bagiku, justru ia seperti tertiup angin."

"Apa maksudmu, Young?" Tanya Hyo tiba - tiba.

Well.. Thank you, Hyo! Aku juga ingin bertanya hal yang sama, sesungguhnya.

"Aku.. Melihatnya sebagai orang asing lagi, dan bukannya Oppa ku seperti yang dulu." Ucap Jin Young lalu menatap kearah jendela.

"Oppa! Kau bawa mobil ini kemana, hah? Kenapa jadi ke dorm Super junior? Aish! Kau pasti pikun! Kita ini harusnya pergi ke tempat tinggal Jin Young, tahu?!?" Teriak Hyo mengagetkanku.

***

Aku heran kepada Hyoyeon eonni dan Yesung Oppa. Aku tidak tahu, tapi.. Mengapa rasanya kita bertiga sudah berteman sejak lama? Padahal, bertemu mereka berdua secara perseorangan ini saja baru pertama kalinya bagiku.

Dan lebih lagi, aku tidak mudah bergaul dengan orang - orang disekitarku.

Ternyata, baru aku tahu sekarang kalau Hyoyeon eonni dan Yesung Oppa sangat pandai dalam menyembunyikan hubungan. Tapi kalau dipikir - pikir, dengan kepribadian Hyoyeon eonni yang begitu unik dan agak sangar, tentu saja Yesung oppa tidak akan membongkar hubungan persaudaraan mereka di depan umum, sekalipun itu secara tidak sengaja.

"Oppa!" Aku melihat Hyoyeon eonni memukul pelan kepala Yesung Oppa hingga Oppa terlihat agak kesakitan.

"Hyo~ hentikanlah! Aku juga masih manusia, Hyo.. Biarkan Jin Young bertemu dengan si monyet yadong itu terlebih dahulu. Bukankah mereka saudara?"

Saudara? Apa itu saudara? Bahkan aku sudah lupa apa itu arti saudara, semenjak Hyukjae Oppa pergi menghilang terbawa angin.

Dan angin itu yang membuat wajah ceria Oppa berubah menjadi dingin. 

Wajah dingin yang tidak pernah kusukai, walaupun tak pernah kulihat.

***

"Ne? Aku sedang di lobby, bersama Hyo dan Jin Young." Ucap Yesung hyung yang membuat mataku terbuka lebar.

"Jin.. Jin Young? Maksudmu.. Dia ada disini?" Tanyaku tak percaya.

"Ya! Bukankah kau yang menyuruhku untuk menjemputnya, hah?!?" Teriak Yesung hyung melalui hubungan telfon kami.

"Ya, hyung! Katanya ada Jin Young disana?!? Tapi mengapa kau malah berteriak - teriak, hah?!?" Omelku balik kepada Yesung hyung.

"Memang kenapa?"

"Kan.. Nanti aku jadi tidak enak pada Youngie.." Nada suaraku memelan.

"Arraseo, sebentar lagi kami akan sampai di pintu dorm."

Dan seketika itu juga, sambungan telfon kami terputus.

Jantungku berdegup kencang, sungguh teramat kencang.

Setelah 20 tahun berpisah dengan Youngie kecilku, kini aku akan bertemu dengannya kembali.

Apa perasaan itu akan datang lagi? Apa perasaan yang sama itu masih ada di hatiku? Apa yang harus kulakukan nanti?

'Tok.. Tok..'

***

Dengan lambat, Eunhyuk pun melangkahkan kakinya kearah pintu dorm yang baru diketuk.

Untuk pilihan terbesarnya, ketukan pintu itu pastilah berasal dari Yesung, atau Hyoyeon setidaknya.

Dan saat pintu dorm itu benar - benar terbuka, tanpa sengaja mata Eunhyuk langsung menatap mata Jin Young, saudara kembarnya sendiri.

20 tahun lalu, sorot tatapan mata itu terasa nyaman. Tapi kini.. Entahlah. Banyak sekali hasrat yang seakan - akan belum tersampaikan.

"Ya, Eunhyuk-ah! Mengapa kau tidak menyuruh kami masuk, eh?" Celetuk Yesung sambil berjalan memasuki dorm mereka.

Dibelakangnya, Hyoyeon mengikutinya dan segera menghempaskan diri di sofa empuk milik dorm super junior. Tetapi sekalipun Hyoyeon sedang melepaskan penatnya, matanya tetap memperhatikan Eunhyuk dan Jin Young yang masih berdiri diluar sana.

"Y-Yo-Youngie.. Apa kau masih ingat padaku?" Tanya Eunhyuk pelan, tetapi masih bisa terdengar oleh Hyoyeon.

"Hmm."

"Yo-Youngie.. Apa kau tidak merindukanku? Ani. Maksudku.. Apa kau tidak merindukan Oppa mu ini?"

"Kau? Oppa ku? Yang benar saja! Aku tidak punya Oppa dingin sepertimu!" Sambil mencengkram erat tas selempangnya, Jin Young berlari keluar dari pintu dorm Super Junior.

Beruntung, segala kopor besarnya masih ada di dalam mobil Yesung. Jadinya, ia tidak perlu repot - repot berlarian sambil membawa kopor - kopor besar itu.

Dengan langkah cepat tapi terasa berat, Jin Young benar - benar pergi keluar dari bangunan bercat putih yang megah itu. Tapi tanpa ia sadari, seseorang telah mengikutinya dari belakang, hingga tiba - tiba orang itu menarik tangan Jin Young, dan membekap mulut gadis mungil itu.

***

"Yesung Oppa?!?" Pekiknya kaget.

"Sst! Kalau ada ELF di jalan raya ini, dan ternyata ELF itu mendengar pekikkanmu, lalu aku bagaimana? Lebih - lebih, bagaimana jika ELF itu seorang Clouds?" Cercaku sambil menarik tangannya hingga kami berdua sudah kembali lagi ke gedung basement dorm Super Junior, dan memasuki mobilku.

"Aku tidak suka Oppa memakai masker hitam dan topi cupluk yang berwarna hitam itu juga! Walaupun Oppa tetap terlihat keren dimataku, tapi tetap saja.. Orang lain akan mengira seorang Yesung Super Junior juga merangkap sebagai seorang pencuri, seperti tadi aku yang mengiramu seperti itu."

Aku hanya terdiam, lalu memasang sabuk pengaman dan mulai melajukan mobilku.

"Jadi, kita mau kemana, agassi?" Tanyaku berpura - pura menjadi supirnya.

"Kita.. Aku ingin pergi ke tempat yang nyaman tetapi sepi, Yesung ahjussi." Balas Jin Young yang membuatku tertawa.

Apa aku setua itu? Kurasa belum juga.

Kira - kira 15 menit kemudian, aku telah memarkirkan mobilku ini di depan sebuah ladang dengan rumput kekuningan tak begitu tinggi yang menghiasi ladang itu sendiri.

"Jinjja! Aku baru tahu di Korea ada pemandangan sebagus ini!" Jin Young dengan terpukau menatap ladang luas di depannya.

Ia turun melalui tangga menuju ladang luas itu, dan berjalan sembari merentangkan tangannya untuk menyentuh lautan rumput yang tak begitu tinggi di ladang itu.

"Oppa! Ayo turun kesini!" Ia memanggilku dengan senyum cerianya, dan senyum itu sungguh amat indah.

***

Di ladang yang luas itu, Yesung dan Jin Young duduk berdua sambil menikmati pemandangan matahari yang mau terbenam. Sangat jelas, sebuah senyuman telah mengembang di kedua sudut bibir mereka berdua.

"Apa kau senang sudah bisa sampai ke Korea?" Tanya Yesung memecahkan keheningan itu.

"Tentu."

"Apa kau senang setelah bertemu dengan si monyet yadong itu?"

"Aku..." Jin Young terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan Yesung kali ini.

Entahlah. Disatu sisi, ia merasa sedikit lega karena telah melihat Oppa nya dalam keadaan sehat secara fisik. Tetapi.. Disisi lain, ia merasa sebuah kehampaan besar memenuhi hatinya.

"Aku tidak tahu." Jawab Jin Young pada akhirnya.

"Boleh aku bercerita?"

Jin Young menggangguk ragu. Setidaknya, mungkin cerita yang akan Yesung ceritakan ini bisa membuat hati Jin Young sedikit tidak terbebani.

"Sewaktu kecil-Ani. Hingga saat ini, Hyo sungguh amat manja.

Aku ingat saat pertama kali ia mencoba untuk mengendarai sepeda, lalu ia terjatuh dan menangis ketika lututnya berdarah - darah.

Untuk pertama kali melihatnya menangis, hatiku sangat sedih. Sebisa mungkin aku menghampirinya dan menolong Hyo yang saat itu masih meringis kesakitan. Tetapi, ternyata kesedihanku itu benar - benar sia - sia.

Sesampainya aku ditempat Hyo terjatuh, ia langsung memukulku dan meracau tak jelas. Yang kuingat, ia berulang kali mengucapkan kata 'sakit' dan berusaha menangis sekeras mungkin, padahal kurasa tenggorokkannya itu sudah sakit.

Selain dipukul oleh Hyo, eomma juga selalu menyalahkanku setiap kali Hyo menangis. Dan karena Hyoyeon yang manja itu sering menangis, maka aku juga sering disalahkan, dan diomeli tentunya."

Selesai berbicara, Yesung menatap mata Jin Young dalam. Terlalu dalam, malahan. Hingga membuat Jin Young sedikit salah tingkah.

"Waktu dulu, Hyukjae yang manja padaku. Ia bahkan yang memintaku untuk memanggilnya Oppa, walaupun perbedaan umur kami tak lebih dari 4 jam.

Tapi sekarang, ia juga yang membuatku merasa panggilan Oppa itu seakan - akan hampa.. Tak ada artinya." Ucap Jin Young kepada Yesung.

"Kenapa Eunhyuk terasa jauh bagimu?" Tanya Yesung.

"Sifat cerianya itu pudah saat bersamaku. Ia menjadi dingin, sedingin es yang suhunya dibawah minus 10 derajat celsius! Dan sekarang setelah bertemu denganku, apa ia masih mengharapkan panggilan Oppa itu terlontarkan dari mulutku untuknya? Bahkan aku sendiri juga tidak tahu apa aku masih bisa menyebutnya dengan kata Oppa atau tidak."

"Kenapa kau tidak coba berbicara padanya? Maksudku.. Berbicara baik - baik?" Saran Yesung kepada Jin Young.

"Percuma, Oppa! Hati Hyukjae sekarang jadi dingin terhadapku. Jika saja hatinya yang dingin itu bisa dicairkan dengan api, maka akan kupanaskan hati itu hingga suhu 100 derajat celsius!" Celetuk Jin Young yang membuat Yesung terkekeh pelan.

Sesaat kemudian, Yesung tersenyum lembut dan menikmati irama angin yang menerpa kulitnya. Dan hal itu menarik perhatian Jin Young untuk memperhatikan Yesung lebih lanjut.

"Tapi semenjak Hyukjae menjadi salah satu member Super Junior, aku jadi sering menonton variety - variety shownya.. Dan banyak temanku di Indonesia yang bilang kalau aku ini ELF."

"Lalu kau fansnya Hyukjae?"

"Ani. Malahan, mungkin bisa dibilang aku fansmu, Yesung Oppa." Dengan semburat merah yang muncul di kedua pipi Jin Young, ia menunduk malu.

"Ah! Jinjjayo?!?" Tanya Yesung tak percaya.

"Ne." Jawab Jin Young dengan mantap.

"Seperti yang tadi kubilang sewaktu di mobil, kurasa sifatmu sangat menyenangkan, Oppa!"

"Ah, eum.. Sudah sore, kajja kita pulang!" Lanjut Jin Young seakan sadar bahwa pembicaraan mereka telah membahas suatu hal yang terlalu jauh.

"Jin Young-ah!" Panggil Yesung saat Jin Young bersiap - siap ingin memasuki mobil.

"Apa besok kau ada acara?" Tanya Yesung kepada Jin Young.

"Eum.. Kurasa besok aku akan berjalan - jalan ke Jeju dan menonton pertandingan bola disana. Wae? Apa Oppa mau ikut?" Tawar Jin Young, sedikit bercanda sebenarnya, karena ia tentu tahu akan jadwal para member Super Junior yang bukan main padatnya.

"Ah, Ani. Seperti biasa, besok member Super Junior ada acara. Kami akan mengisi acara Strong Heart besok, sekitar jam 1 siang." Ucap Yesung.

"Ah! Aku juga pergi sekitar jam 1 siang! Sayang sekali, ya.."

"Jin Young-ah!" Panggil Yesung lagi.

'Sungguh, kapan aku bisa masuk mobil?!?' Batin Jin Young agak kesal dalam hatinya.

"Bolehkah.. Kau menginap di dorm Super Junior untuk sehari saja? Ani. Untuk malam ini saja? Aku mohon.."

***

"Kau ini apa - apaan sih hyung? Kenapa malah menyuruh Jin Young untuk tinggal disini?" Bentak Eunhyuk di dalam kamar Yesung yang tertutup rapat.

"Wae? Apa ada masalah denganmu?"

"Ne! Bukannya kau mau membantuku untuk melupakannya? Aku kan sudah bilang.. Aku.. Hanya saja.. Aku takut jatuh cinta padanya, hyung.." Dengan pasrah dan nada melemah, Eunhyuk berkata sambil menundukkan kepalanya.

"Aku bukannya sengaja menyuruhnya untuk tinggal disini untuk menguji mentalmu, Hyukkie. Kau tidak boleh egois, aku ingin supaya Hyo yang selama ini tidur kesepian saat ia menginap di dorm ini bisa mempunyai teman baru. Lagi pula, jika bersama Hyoyeon, itu berarti Jin Young tidak sendirian, bukan?"

"Dan lagi, disisi lain sekarang aku berpikir ada bagusnya juga,.. Kalau mentalmu memang benar - benar teruji. Supaya kau benar - benar bisa melupakannya nanti." Lanjut Yesung dengan penuh ketenangan.

"Oh ya, besok ia akan pergi ke Jeju, jam 1 siang." Tambah Yesung sebelum akhirnya mematikan saklar lampu dan merebahkan dirinya di saebuah ranjang kecil berukuran single, hanya untuknya seorang.

"Tidurlah, Hyukkie. Jangan bilang kau lupa bahwa hari esok kita harus pergi shooting Star King. Jaljayo!" Gumam Yesung dan langsung terlelap.

Sungguh cepat sekali!

"Eh. Kebetulan aku lupa.." Balas Eunhyuk juga dengan gumaman.

Kini senyum telah tercetak dibibir manis Eunhyuk. Ya, ia baru menyadari bahwa perkataan hyungnya itu ada benarnya juga.

Ia harus bisa mengontrol perasaannya sendiri. Itu merupakan suatu pelajaran yang baik.

***

Sekitar jam 10, sewaktu member Super Junior lainnya masih terlelap di siang hari itu, Hyoyeon sedang bersiap - siap untuk pergi, bersama Jin Young.

"Sebenarnya aku sudah sering menginap di dorm Oppa-deul.. Tapi baru kali ini aku merasakan sangat menyenangkan saat menginap di dorm yang kelewat jorok ini." Ucap Hyo yang membuat Jin Young terkekeh pelan.

"Tentu saja itu karenamu, Youngie. Kalau bukan karena kau yang menemaniku untuk tidur semalam, maka aku pasti benar - benar akan kesepian.." Lanjutnya lagi.

"Eonni benar - benar ingin ikut aku pergi?" Tanya Jin Young membuka suara dengan pelan. Bukan apa, ia takut mengganggu member Super Junior yang masih tertidur.

Inilah kebiasaan member Super Junior. Saat mereka memiliki jadwal di siang hari, mereka memutuskan untuk bangun setelat mungkin. Serempak, mereka berpikir hal itu bisa mengurangi rasa lelah yang akan mereka tanggung.

"Eo. Aku bosan.. Member SNSD juga tidak ada kegiatan apa pun.. Aku ingin ikut denganmu ke Jeju. Apakah boleh, Youngie?"

"Tentu." Jawab Jin Young disertai senyuman manis. Entah mungkin sejak kemarin, Jin Young telah mengganggap Hyoyeon sebagai eonni nya sendiri.

"Eh. Youngie, tunggu sebentar! Aku ingin menulis surat dulu untuk Yesung Oppa, biar ia tidak rindu padaku." Canda Hyo lalu mengambil sebuah kertas di dekat meja telefon genggam, dan menulis dengan sebuah pena di tangan kanannya.

Oppa, kau bangun siang sekali! Aku dan Jin Young pergi ke Pulau Jeju dulu, arraseo? Kalau kau tidak tahu dimana pulau itu berada, carilah di peta atau setidaknya di google! Dan jangan pernah mencariku sebelum aku pulang, ne? Tapi tenang, Oppa! Seoul dan Jeju hanya berjarak tak lebih dari waktu perjalanan 1 jam, dengan pesawat.

Kau jangan lupa makan, ne! Kalau tidak makan hati - hati mati.

PS: Jangan rindu aku, arraseo?

"Ayo kita berangkat!" Ucap Hyo dengan semangat setelah meletakkan surat kecil itu di sudut meja.

Dengan santainya, Hyoyeon menggandeng tangan Jin Young dan pergi bersama - sama menuju Bandara Incheon.

***

"Hyung! Ayo cepat sedikit! Nanti kita terlambat shooting Star King, hyung!" Teriak Kyuhyun dari luar kamar kepada Yesung.

"Eh, hyung. Ini sepertinya ada surat dari Hyoyeon?" Sambil berjalan menuju kamar Yesung untuk menyerahkan surat itu kepadanya, Kyuhyun melirik sekilas kearah surat tipis dengan tulisan rapi itu.

"Waeyo, hyung?" Tanya Eunhyuk dari luar kamar. "Hyoyeon pergi bersama Jin Young ke Pulau Jeju." Jawab Yesung singkat, tentu ia hanya menjawab sebagian dari inti surat itu. Mana mungkin ia bilang keada Eunhyuk bahwa Hyo berpesan supaya Yesung jangan merindukannya? Lagi pula, itu tidak mungkin. Justru hidup Yesung akan terasa tentram tanpa Hyo disekitarnya.

Tapi tidak untuk selama - lamanya, tentu saja.

"Hyung! Jin Young tidak membawa makanan, hyung!"

"Darimana kau tahu, monyet sok pintar?" Tanya Donghae seraya meledek Eunhyuk.

"Aku yakin ia tidak membawa makanannya, Hae! Makanan di kulkas tadi masih penuh!" Dengan sedikit frustasi, Eunhyuk menunjuk - nunjuk kearah kulkas.

"Lagi pula kan Jin Young bisa membelinya, Hyukkie.." Tenang Yesung seraya membereskan barang - barangnya kembali.

Tiba - tiba mata Eunhyuk yang setajam mata burung elang itu menangkap satu kotak makan yang baru saja dibuatkan Ryeowook untuknya, supaya bisa dimakan pada saat shooting Star King nanti.

"Ani. Aku pergi dulu, hyung! Aku harus memastikannya tidak mati kelaparan!"

***

Di bandara Incheon itu, dua orang namja dengan tergesa - gesa justru berlarian dengan nafas terengah. Namja yang satu berlari dengan terburu - buru dengan sebuah kotak makan di tangannya. Sementara namja yang lain berjalan dengan langkah cepat, mengikuti namja yang membawa kotak makan itu.

"Hyung, Jin Young ada dimana? Ani. Hyoyeon ada dimana, hyung?" Tanya si namja yang membawa kotak makan itu, Eunhyuk sembari mengitari matanya mencari sosok Jin Young dan Hyoyeon disekitar bandara Incheon.

"Youngie!!"

Spontan, Eunhyuk meneriaki nama kembarannya itu saat melihat sosok si gadis bertubuh mungil tengah jalan sembari tertawa kecil bersama Hyoyeon.

Harus Eunhyuk akui, mereka berdua terlihat akrab.

Apalagi dengan senyum Jin Young yang sudah bertahun - tahun tak dilihat Eunhyuk.

"Yesung Oppa?" Gumam Jin Young sembari menatap Yesung dari kejauhan.

Deg!

Rasanya, jantung Eunhyuk seperti ditusuk oleh 10 pisau.

Bukankah tadi ia yang berteriak memanggil Jin Young?
Atau apakah suaranya tak terdengar sehingga Jin Young mengabaikannya?
Atau adakah alasan lain?

"Hyukkie Oppa!" Justru disisi lain, Hyoyeon lah yang menyadari kehadirannya.

Dengan heran, Hyoyeon dan Jin Young bersama - sama menghampiri kedua namja itu.

"Oppa ingin memberikanmu ini. Oppa takut kau lapar saat diperjalanan nanti. Kau makan baik - baik, ya. Oppa pergi dulu."

Baru beberapa langkah Eunhyuk membalikkan badannya setelah menyerahkan sebuah kotak makan itu ke tangan Jin Young, Hyoyeon telah berteriak dengan suara nyaring kepadanya, "Oppa fighting! Sukses untuk hari ini, Oppa!!"

Dan dari sudut matanya, Eunhyuk dapat melihat kedua yeoja itu berjalan menjauh memasuki ruang tunggu pesawat.

Hei, bahkan tidak ada sebuah ucapan 'Terima kasih' yang disampaikan Jin Young setelah Eunhyuk menyempatkan diri untuk pergi ke bandara ini? Padahal asal Jin Young ketahui, Eunhyuk telah membatalkan jadwal shooting Star King nya, dan juga membuang seluruh waktu dan tenaganya untuk ini.

Tak lupa juga, Eunhyuk telah mengorbankan perasaannya untuk Jin Young, tadi.

***

"Kau beruntung sekali, Youngie! Mana mungkin Yesung Oppa mau menyempatkan dirinya jika ia menjadi Eunhyuk Oppa?"

Sedari tadi, Hyo Eonni selalu berceloteh tentang seberapa beruntungnya aku bersaudara dengan si Hyukjae.

Apa sih sebenarnya yang istimewa darinya?

Tampan? Oke. Dia memang cukup tampan untuk ukuran namja. Seksi? Err.. Ya, dia seksi. Pintar? Bahkan dia dikagumi oleh hoobae nya sewaktu kami masih bersekolah, tentu karena kecerdasannya. Talented? Ya, tentu. Dance nya itu akan membuat para yeoja dengan senang hati meneriaki namanya.

Tapi apa semua itu masih bisa dibanggakan olehku, saat ia sendiri bersikap kelewat dingin terhadapku?

Jika Hyo Eonni tahu seberapa dinginnya Hyukjae kepadaku, mungkin ia tidak akan segila ini. Betul?

"Kau tahu? Aku menilai kejadian tadi terlalu romantis untuk kalian berdua dinilai sebagai saudara." Lanjut Hyo eonni lagi.

Astaga. Kapan pesawat ini sampai di Pulau Jeju?!?

***

"Tapi jujur, sedari dulu aku menyukai Oppa mu itu. Aku tidak salah, kan?" Hyoyeon memastikan dengan penuh penekanan.

Hati Jin Young bergetar hebat. Pasalnya, secara terang - terangan yeoja disebelahnya itu mengaku kepadanya.

"Apa Eonni pernah menyatakannya langsung kepada Oppa?" Tanya Jin Young ragu.

"Sayangnya belum. Tapi aku berencana mengatakan hal itu setelah kita pulang dari Jeju. Eotte?"

"Ah.. Itu ide yang bagus." Ujar Jin Young pasrah, berpura - pura untuk setuju.

Haruskah ia?

"Oppa mu itu sangat perhatian, apa lagi kepada member Super Junior lainnya. Bahkan tak jarang, Hyukkie Oppa mengunjungi dorm SNSD.." Cerita Hyoyeon kepada Jin Young.

"Ah, benarkah?" Tanggap Jin Young singkat.

Bahkan, selama ini si monyet yadong itu selalu bersikap dingin kepada Jin Young.

Jin Young menghembuskan nafas dalam, dan menatap kearah langit dengan gusar. Sebenarnya, siapa sih saudaranya si monyet yadong itu?! batinnya berbicara.

***

Ditengah malam yang agak dingin itu, Eunhyuk terbaring lemah dikasur kesayangannya.

Berulang kali ia mengingat kejadian tadi siang, sewaktu di bandara Incheon bersama Jin Young.

Apakah darahnya berdesir hebat?

Atau.. Apakah jantungnya berdegup cepat?

Tanpa ia sadari, kini tangan kanannya yang berkulit putih itu tengah memegang dada kirinya, tepat dimana jantung itu berada. Ya, sekiranya letak jantung itulah yang ia ingat dari seluruh pelajaran Sains sewaktu masih sekolah dasar.

"Hyukkie.." Panggil seseorang dari luar seraya mengetuk pintu kamarnya.

"Boleh aku masuk?"

"Ne.." Jawab Eunhyuk lalu merubah posisinya menjadi duduk.

"Oh? Yesung hyung?"

"Hyukkie.." Panggil Yesung lagi.

"Aku.. Sepertinya lusa aku akan pergi ke Jepang.. Aku ingin menuntut ilmuku disana."

"NE?!?" Tak dapat dipungkiri, Eunhyuk benar - benar terkejut.

"Maksudku.. Kenapa harus secepat ini, hyung? Tidak adakah.. Waktu lain?" Dengan lemas Eunhyuk menatap hyungnya.

Yesung menaikkan sebelah alisnya. 

'Waktu lain? Apa maksudnya?' Batin Yesung.

"Maksudku.. Tidak bisakah hyung pergi jangan dalam waktu dekat ini? Tadinya.. Aku ingin meminta bantuanmu, hyung.." Seakan menjawab pertanyaan Yesung, Eunhyuk tetap berujar lemah.

"Bantuan apa?"

"Lusa Jin Young akan berulang tahun.. Aku ingin.." Ucap Eunhyuk mengambang.

"Ingin apa?" Tanya Yesung tak sabaran.

"Aku ingin kau menjaga Jin Young. Bisakah kau, hyung?" Tanya Eunhyuk sambil memandang mata Yesung lekat - lekat.

"MWO?!? Apa kau terserang penyakit?!"

"Aniyo!!"

"Lalu.. Apa kau akan meninggal dalam waktu dekat ini?" Tanya Yesung takut - takut.

"Tidak seperti itu juga, hyung! Aku.. Ini masalah hati, hyung.. Apa kau mengerti?" Tanya Eunhyuk pelan.

"Ahh~ kau ingin aku menembak Jin Young dihari ulang tahunnya, begitu?" Tanya Yesung memastikan.

Eunhyuk mengangguk lemah. Entahlah, ia seakan - akan menjadi pengecut saat ini.

"Untuk urusan itu, aku tidak bisa menjaminnya, Hyukkie.. Selain karena masalah waktu keberangkatanku di pagi hari,.. Ya seperti yang kau bilang, ini masalah hati." Ujar Yesung cukup bijaksana lalu duduk di pinggiran ranjang Eunhyuk.

Ia pasti akan merindukan kamar ini, sekalipun kamar ini bukanlah miliknya.

Yesung menghembuskan nafasnya panjang. Sekali lagi, ia menatap dinding kamar Eunhyuk yang berwarna biru tua itu, lalu berujar, "Bahkan aku sendiri tidak tahu.. Bagaimana perasaanku terhadapnya."

***

Sepulang dari Pulau Jeju, Hyoyeon segera menemui Eunhyuk di siang hari, sementara Jin Young memutuskan untuk berjalan - jalan disekitar Sungai Han, setelah menaruh kopor - kopor besarnya di dalam tempat tinggal sementara yang akan ia huni.

Sejauh ini, Jin Young tidak tahu dimana Hyo akan menyatakan perasaannya kepada si monyet yadong itu. Tapi yang ia yakin, Hyoyeon pasti akan menyatakannya hari ini.

Jin Young merasa cukup kesepian. Ya, setidaknya ia butuh teman yang bisa diajak bicara untuk saat ini.

Eh? Teman?

Seakan mendapat pencerahan, Jin Young mengeluarkan ponselnya dan menelefon seseorang.

"Yesung Oppa! Apa kau sibuk?" Tanya Jin Young melalui telfon genggam itu.

"Eh? Aniyo. Wae?"

"Bisakah kau temani aku? Di Sungai Han!"

***

Dan pada akhirnya, Yesung dengan senang hati menemani Jin Young untuk berjalan - jalan disekitar Sungai Han.

Mereka memang hanya sekedar berjalan, dan menikmati pemandangan sekitar.

Tapi seketika itu juga, mata Jin Young menangkap dua siluet tubuh. orang yang ia kenal.

Itu Hyoyeon dan si monyet yadong itu.

"Jin Young-ah! Gwaenchanha?" Tanya Yesung sambil memegang bahu Jin Young.

Tapi tak berapa lama kemudian, ia juga menangkap apa yang dilihat oleh Jin Young, hingga membuatnya terdiam membisu.

"Kau tahu, Oppa? Jika ini berhasil, maka hari ini akan menjadi tanggal dimana Hyukjae berpacaran untuk pertama kalinya." Ujar Jin Young tanpa melepaskan pandangannya dari kedua siluet itu.

Dari jarak yang tak bisa dibilang jauh, Jin Young maupun Yesung bisa melihat Hyoyeon yang sedang menunduk dan menggigit bibir bagian bawahnya.

"Hyukkie Oppa.." Panggil Hyoyeon pelan.

"Hmm?" Tanggap Eunhyuk tak kalah pelan.

"Aku mencintaimu. Apa kau mencintaiku?"

Deg!

Seharusnya, Jin Young sudah bisa menebak hal ini akan terjadi. Dan memang, ia telah menduganya. Tapi.. Mengapa rasanya jauh lebih.. Sakit?

Tanpa banyak bicara lagi, Jin Young segera melangkah pergi dari tempat itu, dan diikuti Yesung dibelakangnya.

***

Malam pun semakin larut. Dan tanpa sadar, Jin Young dan Yesung sedari tadi hanya memandangi langit terbuka dimalam hari, dari atas mobil Yesung.

Mereka berdua menduduki mobil mewah itu. Dan menengadah memandangi bintang - bintang yang bertaburan, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Tiba - tiba, Yesung turun dari atas mobilnya, dan berjalan untuk membuka pintu mobil itu.

Tak berapa lama, Yesung keluar dengan membawa selimut tebal dan sebuah jaket hitam yang dapat menjamin sebuah kehangatan.

Lagi - lagi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Yesung menghampirkan jaket itu dipundak Jin Young, dan menutupi kaki Jin Young yang memang telah terlapisi celana jeans panjang dengan selimut tebalnya.

"Besok.. Aku akan pergi." Ucap Yesung memulai pembicaraan.

"Mungkin untuk sekitar 3 tahun kedepan, aku akan melanjutkan pendidikanku di Jepang." Lanjutnya lagi.

"Aku ingin.. Tepat jam 4 pagi esok hari, kau sudah berada di Sungai Han itu. Bisakah?" Tanya Yesung sambil menatap Jin Young.

"Jika kau datang, maka aku tidak akan pergi."

***

"Youngie.." Dengan suara lemah, Hyoyeon menelefon Jin Young.

Jin Young yang sudah berada di dalam tempat tinggal sementara nya itu agak terkejut dengan peribahan sikap Hyoyeon. Tidak biasanya Hyoyeon bisa selemah ini.

"Waeyo, eonni?" Tanya Jin Young, agak khawatir juga sebenarnya.

"Tadi.. Oppa mu menolak cintaku, Young.." Masih dengan nada lemah, Hyoyeon kembali berujar.

"Tapi aku sadar aku tidak boleh sedih." Seketika itu juga, semangat Hyoyeon seakan - akan mulai kembali, meninggalkan Jin Young dalam keadaan terpaku di kamarnya.

"Tadi.. Yesung Oppa bilang ia akan pergi ke Jepang besok.. Dan dia bilang, ia tidak akan pergi kalau aku datang besok ke Sungai Han.." Akhirnya Jin Young juga membuka mulutnya.

"Lalu.. Apa yang kau putuskan?" Tanya Hyo penasaran.

"Mollaseoyo. Aku.. Ah, aku tidak tahu!"

"Ya, Youngie~ Kau harus pikirkan satu hal.. Jika Yesung Oppa pergi nanti, apa kau akan merindukannya? Atau.. Apa kau akan merasa kehilangannya? Atau justru kau akan merasakan kehampaan dalam hidupmu?"

Jin Young terdiam sebentar. Lalu pamit kepada Hyo untuk mematikan sambungan telfon itu.

Tampaknya, malam ini ia harus tidur dengan banyak beban dipikirannya.

***

Pagi - pagi sekali, aku terbangun pukul 3.

Sekali lagi, aku melirik jam dinding yang ada di kamarku sekilas, lalu aku kembali merenung.

Haruskah aku bangkit dari tempat tidur ini dan bersiap untuk menemui Yesung Oppa?

Tapi apa benar aku ingin supaya ia tetap tinggal?

Dan itu berarti aku menjadi penghalang Yesung Oppa untuk meneruskan pendidikannya?

Kembali, ucapan Hyoyeon eonni terngiang di kepalaku.

'..Jika Yesung Oppa pergi nanti, apa kau akan merindukannya? Atau.. Apa kau akan merasa kehilangannya? Atau justru kau akan merasakan kehampaan dalam hidupmu?'

Tuhan.. Aku harus bagaimana ini?!?

***

Kembali, aku melirik jam tangan dan kopor besarku.

Ini sudah jam 4 lewat 5 menit. Apa Jin Young tidak akan datang?

Kemungkinan terburuknya, ia masih tertidur pulas.

Oh ayolah! Aku.. seperti orang bodoh sedari tadi mondar - mandir di Sungai Han ini.

Dan lagi, pesawatku akan berangkat 2 jam lagi. Eotteokhaeyo?!?

"Yesung... Oppa.." Seseorang memanggilku dengan suaranya yang lemah.

"Jin Young? Kau datang?" Tanyaku terperangah.

Jujur, kupikir kedatangannya hanyalah sebuah harapan belaka.

Ia mengangguk lalu tersenyum.

Aku menghampiri Jin Young, lalu menarik tangannya untuk duduk di sebuah ayunan.

Aku berlutut dan bertumpu pada satu kaki, lalu setelah mencium jemarinya yang membuatnya terkejut, diam - diam aku mengeluarkan sebuah kotak merah dari saku jaket hitamku.

"Jin Young-ah.."

***

"Jin Young-ah.." Panggil Yesung pelan.

"Bukankah sewaktu kecil kau menginginkan hal ini?" Tanya Yesung yang membuat Jin Young tak mengerti.

"Kau.. Kau menginginkan ada seseorang yang melamarmu, tepat disaat kau ulang tahun. Bukankah begitu?"

"Chagiya, saranghae.." Lanjut Yesung dan membiarkan Jin Young terdiam.

"Dan bukankah kau juga ingin ada seorang laki - laki yang berlutut tepat dihadapanmu dan mengucapkan kedua kata itu?

Aku telah melakukannya, Jin Young-ah.. Tetapi aku bukan Hyukjae. Apa kau tetap akan menerimaku?

Aku mencintaimu, dengan tulus hati. Aku juga menyayangimu, dengan tulus hati. Dan aku juga menyatakan perasaanku itu, dengan tulus hati.

Apa.. Kau mau menerimaku? Aku berjanji, jika kau mau menerimaku, maka aku tidak akan pergi.

Tetapi kalau kau menolakku, maka aku akan pergi." Lagi - lagi, Yesung berucap sembari menatap mata Jin Young dalam - dalam, dan menjulurkan kotak merah yang berisi cincin itu kepada Jin Young.

"Oppa,..

Pergilah!" Ujar Jin Young tiba - tiba, tentu saja membuat mata Yesung membelalak kaget.

"Kau.. Menolakku?" Tanya Yesung ragu.

"Hahh.. Sudah kuduga akhirnya akan seperti ini.." Desah Yesung pasrah.

"Aniyo, aku belum bilang bahwa aku menolakmu, atau pun menerimamu, Oppa.." Ucap Jin Young sambil tersenyum.

Tanpa aba - aba, Jin Young mengambil cincin itu dari kotak merah yang sedari tadi dipegang oleh Yesung. Lalu ia mengeluarkan sebuah kalung yang tersembunyi dibalik kemeja putihnya, lalu membuka kalung itu dan menyatukannya dengan cincin pemberian Yesung.

"Aku tidak mungkin menjadi penghalang Oppa untuk meneruskan pendidikan Oppa. Aku juga tidak ingin anak kita nantinya menjadi bodoh karena Oppa sendiri bodoh." Ujar Jin Young tegas dan serius, tetapi pipinya tengah bersemu merah.

Jin Young lagi - lagi tersenyum, lalu berujar, "Nado saranghae, Yesung Oppa!"

-End-

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...