Pagi yang cerah membuka hariku disaat itu. Ternyata,
tidur di tempat yang suram bukanlah suatu pengalaman yang patut di sesali.
Ditambah lagi dengan banyaknya peraturan - peraturan konyol yang kami buat
seperti ingin menguatkan persaudaraan saya dan kakak - kakak saya.
Si Pak supir datang
untuk menjemput kami tepat waktu, jam setengah 6 pagi. Di pagi - pagi seperti
itu, kami sudah bersiap - siap untuk pergi ke laut.
Di laut itu, saya
lebih memilih untuk duduk - duduk sambil membaca buku novel yang menjadi
makanan saya selama bosan.
2 jam di pinggiran
laut seakan 15 menit terasa. Tahu - tahu, keluarga saya lainnya telah
menghampiri saya yang sedang asyik membaca buku sambil mendengarkan musik.
Menurut cerita
mereka, di laut ini banyak lumba - lumbanya. Tak tanggung - tanggung, mereka
juga mengunjungi taman laut di dekat situ.
Saya sendiri hanya
tersenyum tipis menanggapi kalimat demi kalimat yang mereka lontarkan dengan
perasaan -tentunya- bahagia.
Kami menghabiskan
beberapa waktu di hotel yang suram itu. Dalam hati,
Waktu sudah
menunjukkan pukul 5 sore, tapi kami sendiri belum sampai di lokasi.
Jujur, saya ingin
mengusulkan untuk tidak usah pergi saja. Tapi saya kain usul tersebut akan di
tolak karna ayah saya sendiri juga orangnya pantang mundur. Baginya, pekerjaan
itu tidak boleh dilaksanakan setengah - setengah.
Tapi toh akhirnya
karna banyak yang tak setuju, akhirnya perjalanan kami batal juga.
Karena mobil yang
mogok itu, akhirnya kami sekeluarga ber delapan menaiki sebuah mobil Grand
Livina.
Seperti biasa,
pembagian tempat duduk dibagi menjadi 3 bagian dengan posisi saya duduk di
bagian paling belakang bersama kedua kakak saya.
Namun kali ini
berbeda. Kursi di baris ketiga itu sangat amat sempit tempatnya.
Dengan ukuran tubuh
kami yang cukup besar, hal ini tentu menjadi sebuah masalah yang harus diatasi
sendiri.
Tidak mungkin, kan, kalau kita memprotes kepada si pemilik mobil yang
sedang mengemudikan mobil ini?
Beruntung, kita sudah diberi tumpangan gratis.
Saya rasa, duduk di
depan jauh lebih baik daripada duduk di belakang. Hal ini bisa dilihat dari
kursi - kursi di baris depan yang jauh amat sangat terlihat lebih lega dengan
fasilitas 'terkena' pendingin ruangan yang menggiurkan.
Berulang kali, saya
dan kakak - kakak disamping saya mencari posisi senyaman mungkin untuk tetap
duduk di posisi yang sama dalam beberapa menit itu. Setelah sepertiga
perjalanan, akhirnya kami seperti orang yang habis olahraga. Banyak sekali
keringat yang bercucuran di wajah kami masing - masing.
Entah karena apa
saya juga bingung, tapi begitu saya melihat ke depan, pendingin mobil itu
memang masih menyala.
Bahkan, kami sendiri
kesulitan untuk mengusap keringat - keringat yang terjun bebas di wajah kami
saking sempitnya.
"Pengennya
jalan kaki, nih.." Bisik saya kepada kakak - kakak perempuan saya.
Sepertinya, mereka yang tidak tahan panas itu sudah megap - megap tidak tahan
dengan kondisi suhu di kursi penumpang bagian belakang yang terlampau 'gerah'
Dengan perjuangan
yang amat sangat, akhirnya kami sampai di hotel yang sangat amat lebih baik
daripada yang kemarin.
Dan hal ini membuat
saya tersenyum lega sekalipun dalam keadaan setengah mabuk.
Benar - benar
rasanya seperti di kejar kilat, saya yang tadinya disuruh mandi sore malah
tidak bisa mandi.
Ternyata, mobil
sewaan yang mogok itu digantikan oleh sebuah mobil dengan ukuran yang sedikit
lebih luas.
Hal itu membuat saya
merasa beruntung. Ditambah dengan pendingin ruangan yang kebetulan terletak di
bagian kursi belakang yang nampaknya tak seperti mobil - mobil yang biasanya
saya tumpangi, hal itu semakin menambah beberapa point baik di hari ini.
Semula, kami
berencana untuk makan malam di sekitar Jimbaran. Tapi sungguh, kondisi jalanan
saat itu macet total dan tempat tersebut akan segera tutup pada pukul 11 malam.
Dalam hati, saya
takut akan kehabisan makanan.
Sama seperti saya, kakak perempuan saya setiap beberapa menit sekali melirik
jam tangannya.
Tepat jam 9 malam
sekarang.
2 jam mana cukup untuk mengatasi kemacetan ini?
Akhirnya,
Jimbaran-pun batal.
Kami akhirnya
berhenti di sebuah tempat yang terang benderang dengan lapangan parkir yang
tidak cukup luas.
"Woah!"
Gumam saya terkejut saat melihat isi daripada tempat itu.
Beberapa meja makan
besar disusun berderet dengan penerangan -seperti yang tadi saya bilang- sangat
terang.
Ruang makan itu
terkesan sangat luas -atau mungkin memang luas- dan yang membuat saya terpukau,
berpuluh - puluh pekerja semuanya menyelesaikan tugas mereka masing - masing,
tak ada yang menganggur.
Tapi, sayangnya menu
makanan yang tersedia tidak sesuai dengan tempatnya.
Disana - sini,
banyak yang habis. Bahkan, ayam kesukaan saya pun juga ikut - ikutan habis.
Benar - benar dengan
makanan seadanya, kami menghabiskan apa yang kami pesan dalam waktu yang
singkat. Entahlah, mata saya sendiri sudah mengantuk. Berulang kali saya
menguap dan mencoba untuk tetap menyadarkan diri, tapi nampaknya hal itu
terlihat sulit sehingga saya sudah terlelap pulas ketika saya menduduki kursi
mobil lagi.
It was a great day
with so many obstacles. Like a puzzle, we have to solve them without any
regrets.
No comments:
Post a Comment