Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kami ke
Bedugul. Awal mula, kondisi cuaca saat itu hanya gerimis sehingga saya berkata,
"Cuma gerimis. Ga perlu bawa payung kali."
Tapi semenit
kemudian, saya menyesali perkataan saya sendiri. Menit demi menit, hujan turun
semakin deras.
Rencana berfoto yang
telah kami susun baik - baik terpaksa dibatalkan begitu saja. Dan parahnya,
saya bersama seorang kakak perempuan saya terjebak dalam sebuah tenda yang
benar - benar tidak bisa digunakan untuk berteduh dalam jangka waktu yang lama.
Bukan karena apa,
tapi tenda itu agak terbuka dan juga arah datang hujan pada saat itu yang tak
menentu.
Jadilah kami
terjebak di tenda tersebut selama kurang lebih satu jam.
Tiba - tiba, ayah
saya datang dengan membawakan sebuah payung bersamanya. "Foto dulu di
dekat dermaga sebelum pulang." Ujarnya dengan senyuman yang membuat saya
mengerutkan kening.
Apa dia sedang
bercanda? Mau foto di saat hujan - hujan seperti ini? Terlebih lagi, jarak
tenda tersebut dengan dermaga tidak bisa dibilang dekat jika dalam keadaan
hujan seperti itu.
Setiap kali kami
mencoba untuk keluar dari tempat berteduh, hujan selalu saja mengguyur daratan
dengan lebih deras. Rasannya seakan hujan pun melarang kita untuk pergi
berfoto.
Basah, lengket,
kotor. Kata - kata seperti itu yang dapat mendeskripsikan keadaan saya setelah
kami sampai di mobil sewaan.
Hujan masih turun
deras namun cuaca sekitar tidak begitu dingin. Berulang kali saya mencoba untuk
tidak tidur dalam keadaan basah, lengket dan otor seperti itu. Tapi apa boleh
buat, saya ini memang pecinta tidur dan ya, saya tertidur pulas dalam kondisi
seperti itu. Agak risih sebenarnya.
***
Saya baru membuka
mata ketika mobil kami berhenti tepat di depan sebuah gedung tua yang memiliki
2 lantai (kalau saya tidak salah ingat.)
Pertama kali
memasuki lobby itu, pikiran - pikiran buruk mulai menghampiri otak saya. Kesan
'suram' yang di timbulkan oleh hotel milik orang Swedia itu agaknya tidak
terlalu cocok dengan selera saya.
Begitu telah
mendapatkan kunci kamar, saya segera memasuki kamar itu berhubung kakak
perempuan saya ingin pergi ke toiletnya.
Dan ya, pikiran saya
terbukti saat saya membuka pintu hotel itu.
Pertama, dilihat
dari penerangan kamar itu yang sangat amat suram. Kedua, dilihat dari kamar
mandi yang design nya sama sekali tidak sesuai dengan selera saya. Ketiga,
kamar tersebut banyak serangga.
Tiga alasan tersebut
membuat saya mengusulkan untuk pindah kamar. Berhubung kamar orang tua saya
menempati kamar di lantai 2, saya akhirnya mencoba untuk me-review kamar itu
terlebih dahulu. "Siapa tahu saja kamar yang diatas lebih baik daripada
yang tadi." Ucap saya kepada kakak - kakak perempuan saya yang sudah mulai
letih.
Setelah memastikan
bahwa kamar orang tua kami -setidaknya- lebih baik daripada kamar dibawah yang
tadi, akhirnya usulan saya pun diterima.
Berhubung saya dan
kedua kakak saya sama - sama penakut (sebenarnya kakak kedua saya tidak begitu
penakut. Tapi setelah memperdalam arsitektur bangunan tua itu, akhirnya dia
menjadi takut) , akhirnya kami membuat beberapa peraturan konyol -yang tentunya
hanya berlaku di kamar kami- sebagai berikut :
1. Jika sedang
mandi, tidak perlu tutup pintu.
2. Tidak boleh meninggalkan seseorang sendirian.
3. Tidak boleh saling mendahului untuk tidur.
Saya menghela napas
pelan sambil berharap bahwa saya bisa tidur malam ini. Ya, semoga saja.
No comments:
Post a Comment